> >

Survei SMRC: Bansos Terdampak Covid-19 Tak Tepat Sasaran, Warga yang Berhak Belum Terima Bantuan

Berita kompas tv | 12 Mei 2020, 19:16 WIB
Ilustrasi bantuan sosial (bansos) untuk masyarakat terdampak pandemi Covid-19 (Sumber: Tribunnews)

JAKARTA, KOMPAS.TV – Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) merilis survei secara online dengan tajuk “Wabah Covid-19: Efektivitas Bantuan Sosial”, Selasa (12/5/2020), di Jakarta.

Menurut Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Sirojudin Abbas, di antara hasilnya menyebutkan bahwa masyarakat menilai bantuan sosial dari pemerintah untuk penanggulangan dampak pandemi Covid-19 belum efektif.

Sebanyak 49 persen menyatakan bantuan sosial itu belum mencapai sasaran. 

Baca Juga: Lagi-Lagi, Warga Protes karena Pembagian Bansos Tidak Tepat Sasaran

Sementara yang menilai sudah mencapai sasaran lebih sedikit, hanya 37 persen.

Survei opini publik nasional tersebut dilakukan melalui telepon pada 5-6 Mei 2020 dengan melibatkan 1235 responden dengan margin of error 2,9 persen. 

“Ini mengkhawatirkan,” kata Abas, dalam keterangan tertulisnya, yang diterima redaksi kompas.tv, Selasa (12/5/2020).

Abbas seraya mengingatkan besarnya dana yang dikucurkan pemerintah hanya akan berarti bila bisa menjangkau masyarakat yang membutuhkan dalam kondisi ekonomi yang sangat memprihatinkan.

Menurut temuan penelitian itu, bantuan tersebut dianggap tidak tepat sasaran karena warga melihat ada warga lain yang berhak tapi belum menerima bantuan.

Angka ini mencapai 60 persen, dan bansos yang diberikan kepada yang tidak berhak sebanyak 29 persen.

Warga yang layak menerima bansos angkanya sebesar 34 persen. Mereka ini adalah yang berada di bawah garis kemiskinan (9,41%) hingga yang berada sedikit di atas garis kemiskinan sebanyak 24.97 persen, merujuk data Susenas BPS 2019.

Baca Juga: Ibu-ibu Protes ke Bupati Sikka Tak Terdaftar Penerima Bansos: Kami Lapar, Pak Ingin Makan

Sedangkan menurut temuan penelitian itu, baru 21 persen warga yang menyatakan sudah menerima.

Berarti masih ada 13 persen yang belum menerima, atau sekitar 35 juta orang dari populasi nasional 2020 yang diproyeksikan 271 juta jiwa.

“Kalau kita bandingkan data tersebut, bisa disimpulkan masih ada 13 persen warga yang mendesak dibantu tapi belum menerima bantuan,” ujar Abas. 

“Ini persoalan serius, karena mereka yang tak menerima bantuan bisa kelaparan, tak mampu berobat, tak mampu bayar kontrakan, dan persoalan-persoalan mendesak lainnya,” imbuhnya.

Ilustrasi pembagian bantuan sosial (bansos) bagi warga terdampak wabah pandemi Covid-19 (Sumber: Tribunnews.com)

Abbas melanjutkan, bantuan yang diberikan pun bisa tidak sepenuhnya diperoleh. 

Mayoritas (55%) warga yang sudah menerima bansos, menyatakan hanya menerima sembako saja. 

Yang menyatakan menerima dana Program Keluarga Harapan (PKH) saja 16,6 persen; yang menyatakan menerima sembako dan PKH saja 11,8 persen; yang menyatakan menerima sembako dan Bantuan Langsung Tunai (BLT) saja 10,3 persen; dan yang menyatakan BLT saja 5,2 persen.

Sebanyak 87 persen warga yang sudah mendapat bantuan pun menyatakan bahwa bantuan tersebut hanya cukup untuk dua minggu atau kurang.

Mayoritas warga (74 %) juga belum tahu bagaimana mendaftar agar dapat bantuan. 

Terkait proses penyebaran bantuan, mayoritas warga (62 %) berharap petugas datang ke warga yang berhak untuk mendaftarkan mereka.

Baca Juga: Data Penerima Bansos Bisa Seluruhnya Tepat Sasaran, Jika...

Menurut Abas, bantuan pemerintah ini sangat dibutuhkan mengingat mayoritas warga secara nasional menyatakan kondisi ekonomi rumah tangga mereka memburuk. 

Jauh lebih banyak yang menyatakan sekarang lebih buruk dibandingkan yang menyatakan lebih baik.

“Perbedaannya sangat signifikan: hampir tidak ada yang menyatakan sekarang lebih baik,” ungkap Abbas.

Mayoritas warga (79 %) menilai kondisi ekonomi rumah tangga mereka memburuk dibandingkan sebelum adanya wabah Covid-19. 

Sementara yang menyatakan tidak ada perubahan hanya 19 persen dan yang menyatakan lebih baik jauh lebih sedikit lagi, yaitu 1 persen.

Demikian juga, 84 persen warga menilai kondisi ekonomi nasional lebih buruk dibanding sebelum ada wabah Covid-19, yang menyatakan tidak ada perubahan hanya 8 persen dan yang menyatakan lebih baik jauh lebih sedikit, yaitu 2 persen.

Abbas menjelaskan, masyarakat juga cenderung pesimistis dengan kondisi ekonomi setahun ke depan.

Baca Juga: Bansos Tidak Merata, Warga Protes di Kantor Kelurahan

Mereka yang menganggap kondisi ekonomi rumah tangga membaik tahun depan jauh lebih rendah dibandingkan yang menganggap kondisi ekonomi rumah tangga tahun depan memburuk. 

Hanya 29 persen yang menganggap akan membaik, sementara 53 persen menganggap kondisi ekonomi akan memburuk.

Begitu juga soal kondisi ekonomi nasional setahun ke depan. 

Warga yang optimistis hanya 27 persen dan yang pesimistis 49 persen.

“Bantuan sosial dari pemerintah diperlukan sampai pandemi berakhir dan warga bisa melakukan kegiatan normal,” kata Abbas.

“Maka keberlanjutan bantuan, menambah jumlah warga yang dibantu, mendaftar secara lebih baik warga yang wajib dibantu, dan memperbaiki mekanisme penyaluran bantuan hingga tepat sasaran adalah agenda-agenda mendesak bansos yang harus dilakukan pemerintah pusat dan daerah bersama-sama,” Abbas menegaskan.

Penulis : Deni-Muliya

Sumber : Kompas TV


TERBARU