> >

Jangan Terkecoh Nama! La Nina Lemah Picu Bencana Hidrometeorologi, BMKG Sebut Terjadi hingga 2025

Peristiwa | 23 November 2024, 20:00 WIB
Fenomena La Nina. (Sumber: BMKG)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan masyarakat untuk bersiap menghadapi musim hujan yang bertepatan dengan fenomena La Nina Lemah.

Menurut BMKG, fenomena La Nina Lemah ini diperkirakan meningkatkan curah hujan hingga 20-40 persen di berbagai wilayah Indonesia, berlangsung mulai akhir 2024 hingga Maret atau April 2025.

La Nina sendiri adalah anomali iklim global yang terjadi akibat suhu permukaan laut di Samudra Pasifik lebih dingin dari kondisi normal.

"Kami mengimbau masyarakat untuk mempersiapkan diri menghadapinya karena fenomena ini dapat berdampak signifikan pada kondisi cuaca," ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, Jumat (22/11/2024) dari rilis yang diterima Kompas.tv. 

"Utamanya bagi masyarakat yang bermukim di wilayah perbukitan, lereng-lereng gunung, dataran tinggi, juga sepanjang bantaran sungai." 

Dwikorita menjelaskan bahwa La Nina Lemah dapat memicu bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, angin kencang, dan puting beliung.

Baca Juga: BMKG Imbau Warga Siaga, 33 Wilayah Diprediksi Hujan, Petir, Angin Kencang hingga 28 November 2024

Ancaman lain adalah banjir lahar hujan, terutama di sekitar gunung berapi yang baru atau sedang mengalami erupsi.

Oleh karena itu, BMKG mengajak semua pihak, mulai dari pemerintah hingga masyarakat, untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan.

Menurut Dwikorita, faktor utama yang memengaruhi iklim Indonesia tahun depan mencakup penyimpangan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik, Samudra Hindia, dan perairan Indonesia.

Selain itu, fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) turut memengaruhi distribusi curah hujan di wilayah nusantara.

Analisis BMKG menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Indonesia akan menerima curah hujan tahunan dalam kategori normal hingga tinggi, dengan 67% wilayah diprediksi memiliki curah hujan lebih dari 2.500 mm per tahun.

Baca Juga: BMKG: Jakarta Diguyur Hujan Ringan hingga Petir Jumat 22 November 2024, Ini Wilayah Terdampak

Meski demikian, ada juga daerah yang diperkirakan mengalami curah hujan di atas normal, seperti beberapa bagian Kalimantan Timur, Sulawesi, dan Papua.

Sebaliknya, 1% wilayah, seperti Nusa Tenggara Timur dan Maluku Utara, kemungkinan menerima curah hujan di bawah normal.

Meskipun demikian, La Nina tidak hanya menghadirkan ancaman, tetapi juga peluang jika dimitigasi dengan baik.

Dwikorita menyebut bahwa peningkatan curah hujan dapat dimanfaatkan untuk mempercepat musim tanam, memperluas area pertanian, dan mendukung ketahanan pangan. 

Sektor energi juga dapat merasakan manfaat dari La Nina. Curah hujan tinggi berpotensi meningkatkan kapasitas bendungan dan waduk, mendukung optimalisasi pembangkit listrik tenaga air, serta menjamin pasokan energi.

Masyarakat didorong untuk memanfaatkan air hujan melalui rainwater harvesting untuk mengatasi kekeringan di masa depan.

"Untuk itu, penting untuk terus menjaga kualitas infrastruktur seperti bendungan dan waduk agar siap digunakan sepanjang tahun," imbuh Dwikorita. 

Baca Juga: Efek La Nina, Jateng Berpotensi Dilanda Hujan Lebat

"Selain itu, optimalisasi drainase dan tampungan air harus disiapkan guna menghadapi musim kemarau berikutnya," sambungnya.

Fenomena La Nina Lemah yang diprediksi terjadi dalam beberapa bulan ke depan menjadi tantangan sekaligus peluang bagi Indonesia.

Dengan langkah mitigasi yang tepat, dampak negatif dapat diminimalkan, sementara manfaatnya dapat dioptimalkan untuk mendukung keberlanjutan berbagai sektor penting.

 

Penulis : Gilang Romadhan Editor : Gading-Persada

Sumber : BMKG


TERBARU