> >

Berawal dari Karangan Bunga Satire, BEM Unair Dibekukan hingga Tudingan Pelemahan Demokrasi

Peristiwa | 28 Oktober 2024, 09:47 WIB

 

Karangan Bunga ucapan selamat BEM Fisip Unair. (Sumber:Kompas.Com)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Berawal dari sebuah karangan bunga dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga (Unair) Surabaya pada Selasa (22/10/2024) lalu. Isinya memberi selamat atas pelantikan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI pada Minggu (20/20/2024).

Isi ucapan selamat pada karangan bunga itu sebagai berikut: ”Selamat atas Dilantiknya Jenderal Bengis Pelanggar HAM dan Profesor IPK 2,3 sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia yang Lahir dari Rahim Haram Konstitusi”. Lalu terpampang foto Prabowo dan Gibran dengan pakaian jas lengkap beserta peci. Di bawah foto tertulis pula kalimat: ”Jenderal TNI Prabowo Subianto Djojohadikusumo (Ketua Tim Mawar)”, dan ”Gibran Rakabuming Raka, B.SC (Admin Fufufafa)”. Di bagian terbawah tertulis ”Dari: Mulyono (Bajingan Penghancur Demokrasi)”.

Baca Juga: Link Cek Pengumuman Hasil Seleksi Mandiri Unair 2024 Hari Ini, Biaya Kuliahnya

Karangan bungan inilah yang membuat dekanat Fisip Unair mengambil tindakan, yaitu membekukan BEM Fisip Unair.

Pembekuan itu dinyatakan dalam surat bertanggal 25 Oktober 2024 dan ditandatangani oleh Dekan FISIP Unair Prof Bagong Suyanto. Penerbitan surat pembekuan itu setelah BEM FISIP Unair menjalani klarifikasi di Dewan Etika kampus tersebut.

”Memutuskan bahwa kepengurusan BEM FISIP Unair sejak hari ini dinyatakan dibekukan dan menunggu diterbitkannya Surat Keputusan Dekan FISIP Unair selanjutnya,” ujar Bagong secara tertulis.

Presiden BEM FISIP Unair Tuffahati Ullayyah menyayangkan pembekuan itu. ”Padahal, karangan bunga itu adalah karya satire untuk ekspresi kekecewaan kami terhadap rangkaian fenomena selama Pemilu 2024,” katanya.

Menurut Tuffa, BEM FISIP Unair berkomitmen agar kepengurusan membawa manfaat  bagi seluruh sivitas akademika. Salah satunya, menumbuhkan jiwa kritis dan peka sosial mahasiswa.

Kepengurusan juga berjanji mewujudkan puluhan program kerja dan agenda kegiatan. ”Kami sepakat untuk tidak menyerah dan terus memproses keadilan bagi seluruh fungsionaris dan tetap melanjutkan perjuangan sampai waktu demisioner yang telah ditentukan,” ujar Tuffa.

Baca Juga: RS Unair Buka Banyak Lowongan Kerja untuk SMA/SMK, D3, dan S1, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Tindakan dekanat menimbulkan riak di kalangan internal Unair sendiri. Dosen Ilmu Politik FISIP Unair Airlangga, Pribadi Kusman, berpendapat, pembekuan kepengurusan BEM amat disayangkan dan tidak perlu.

”Yang dilakukan oleh BEM FISIP adalah bagian dari ekspresi bercorak satire untuk mengkritisi keadaan dan Dekanat semestinya memahami hal tersebut,” katanya saat dihubungi pada Minggu (27/10/2024) dikutip dari Kompas.id.

Pasalnya, kondisi sosial politik saat ini memang memperlihatkan beragam bentuk praktik pelemahan demokrasi dan tekanan terhadap kehidupan ruang publik. Nah, ekspresi mahasiswa seharusnya dimaknai sebagai artikulasi kritis terhadap keadaan dan perlu diberi ruang oleh jajaran elite kampus.

”Bukan direspons secara reaksioner yang menunjukkan bahwa kondisi pelemahan demokrasi bahkan di ruang ekpresi universitas itu sendiri terjadi. Institusi (kampus) seharusnya menjunjung tinggi kebebasan berpendapat dan ruang kemerdekaan akademik,” katanya.

 

Penulis : Iman Firdaus Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV


TERBARU