> >

Jokowi Bingung hingga Merasa Inferior Saat Istana Negara Dipuja Puji Negara Lain, Ini Alasannya

Peristiwa | 25 September 2024, 20:04 WIB
Foto Arsip Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta maaf kepada jajaran menteri di Kabinet Indonesia Maju (KIM) di Rapat Kabinet terakhir yang digelar di IKN, Jumat (13/9/2024).. (Sumber: Tangkap Layar kanal YouTube Sekretariat Presiden.)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengaku merasa inferior saat kepala negara lain memuji kemegahan Istana Negara.

Jokowi juga mengaku kerap bingung dalam merespons pujian tersebut. Hal itu disampaikan Presiden dalam sambutannya di acara Silaturahmi Asosiasi Forum Kerukunan Umat Beragama se-Indonesia (AFKUBI) di Istana Kepresidenan, Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur, Rabu, (25/9/2024).

"Saya sering bercerita kalau pas dapat tamu perdana menteri atau presiden dari negara lain, baik masuk ke Istana Bogor, baik masuk ke Istana Jakarta, atau saya terima di Istana Yogyakarta, selalu tamu kita itu kagum, waduh istananya bagus, gedungnya bagus," kata Jokowi seperti dikutip dari Antara.

Alasannya, kata Jokowi, Istana Kepresidenan yang ada selama ini adalah warisan pembangunan era kolonial. Oleh sebab itu, Ia tidak bisa berbuat apa-apa ketika mendengar pujian tersebut.

Baca Juga: Jawaban Prabowo soal Rencana Pertemuan dengan Megawati: InsyaAllah

"Saya kadang-kadang mikir ini saya mau jawab apa. Indah tapi ini bukan buatan kita, buatan kolonial Belanda. Mau saya sampaikan apa adanya kok kita merasa inferior gitu," jelas dia.

"Itulah perasaan saya. Dipuji tapi saya nggak bisa apa-apa. Karena saya tahu, mereka juga tahu itu bukan kita yang bikin, saya kan nggak tahu dia nyindir atau dia memang benar-benar ingin menyampaikan kekagumannya," lanjutnya.

Oleh karena itu, ia kemudian mencetuskan kembali pemindahan ibu kota yang sudah muncul sejak Presiden Soekarno, dicetuskan kembali.

"2014 setelah saya dilantik saat itu saya perintahkan kepada Bappenas untuk mengkaji lagi, coba cek lagi titik-titik mana yang memungkinkan untuk kepindahan," jelasnya.

Dia mengatakan selama 4 sampai 5 tahun kajian itu selesai dengan berbagai pilihan lokasi ibu kota baru, antara lain di Palangkaraya, Kalimantan Selatan, Mamuju, dan Kalimantan Timur

Penulis : Dian Nita Editor : Gading-Persada

Sumber : Antara


TERBARU