Pidato Jokowi Soal Pergantian Pemimpin: Datang Ramai-Ramai, saat Pergi Ditinggal Ramai-Ramai
Politik | 25 Agustus 2024, 20:45 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Presiden RI Joko Widodo menyinggung soal pergantian kepemimpinan saat membuka Kongres III Partai Nasional Demokrat (NasDem) di Jakarta Convention Center (JCC), Minggu (25/8/2024). Jokowi menyinggung kepergian seorang pemimpin yang cenderung "ditinggal ramai-ramai" saat mengakhiri masa jabatan.
Pernyataan tersebut disampaikan Jokowi usai menekankan arti penting keberlanjutan dalam konteks transisi pemerintahan di Indonesia. Jokowi sendiri akan lengser pada Oktober 2024 mendatang dan digantikan Prabowo Subianto yang menang pilpres bersama anak sang presiden, Gibran Rakabuming Raka.
Baca Juga: Cak Imin Usul Sistem Pemilu Dirombak Total, Sebut Pemilu 2024 Paling Brutal dan Penuh Fitnah
"Jika diibaratkan, berganti pemimpin itu silakan, berganti pemimpin itu seperti berganti gaya, mungkin hari ini bisa bergaya dangdut, ke depan pemimpin berikut bisa bergaya jazz, bisa bergaya rock, bisa bergaya koplo, bisa bergaya keroncong, RnB, dan lain-lain, tapi lagu yang dimainkan sama," kata Jokowi.
Presiden Jokowi lalu berterima kasih kepada Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh yang telah menegaskan mendukung penuh pemerintahan Prabowo-Gibran, lalu berseloroh soal pemimpin yang "ditinggal" saat meninggalkan jabatan.
"Biasanya datang itu ramai-ramai, terakhir, begitu mau pergi, ditinggal ramai-ramai. Tapi saya yakin, itu tidak dengan Bapak Surya Paloh, tidak dengan Bang Surya, dan tidak dengan NasDem," kata Jokowi.
Eks Wali Kota Surakarta itu menekankan bahwa Surya Paloh adalah politikus yang paling sering diajaknya berdiskusi. Jokowi menyinggung keputusan Surya Paloh yang disebutnya pertama kali mendukung dirinya saat menjadi capres pada 2014.
Jokowi juga menyinggung langkah NasDem yang kembali mendukungnya pada 2019. Kendati NasDem berbeda jalan pada Pemilu 2024, Jokowi menyebutnya sudah biasa dalam politik.
"Kami bisa sangat dekat, walaupun juga sering beda pendapat. Kami bisa saling menemukan kecocokan, walau juga banyak di tengah-tengah itu ada ketidakcocokan, kami bisa saling mengerti, walau kadang-kadang setelah mengerti juga bingung sendiri-sendiri," kata Jokowi.
"Saya pernah, hari ini salaman, sepakat, lalu seminggu kemudian beda. Nggak apa-apa, saya kira sangat bagus. Ya, itulah politik."
Baca Juga: Prabowo Bantah Hubungan dengan Jokowi Retak: Selalu Ada yang Mau Adu Domba
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV