Cerita Komunitas Seni Tani Manfaatkan Lahan Kosong jadi Kebun Sayur Komunal di Lestari Summit 2024
Humaniora | 21 Agustus 2024, 18:32 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Sekelompok anak muda di kawasan Arcamanik, Kota Bandung, Jawa Barat, berhasil mengembangkan kebun komunal yang dinamakan Seni Tani.
Salah satu pendiri Seni Tani, Vania Febriyantie mengatakan, awal terbentuknya komunitas agrikultur berbasis sosial itu saat terjadi pandemi Covid-19 tahun 2020, di mana masyarakat di sekitar tempat tinggalnya kesulitan mendapatkan sumber pangan yang sehat.
Di sisi lain, banyak lahan tidur di lingkungan tersebut.
Mulai dari milik warga hingga milik PLN, yang hanya dijadikan tempat pembuangan perabot rumah tangga yang sudah tak terpakai.
Bersama pemuda di lingkungannya, Vania kemudian mengubah lahan kosong itu menjadi kebun komunal yang ditanami berbagai sayuran.
Setelah panen, hasilnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan warga sekitar.
“Udah bertahun-tahun di Arcamanik aku tinggal, banyak lahan terbengkalai, banyak Kasur, banyak karpet," kata Vania dalam diskusi di acara Lestari Summit di Jakarta, Rabu (21/8/2024).
"Akhirnya kita gerakin aja, yuk anak muda, orang-orang sekitar buat mengolah lahan tersebut menjadi kebun komunal yang produktif, sehingga bisa dapat akses pangan yang dekat,” imbuh Vania.
Baca Juga: KG Media Gelar Acara Akbar Lestari Summit 2024 Bahas SDGs dan Ekonomi Berkelanjutan
“Terus juga harapannya kita bisa tahu asal makanannya ini dari mana jelas gitu ya. Karena kita nggak tahu dari sistem pangan sekarang, misalnya asal tomat itu dari mana, makanan lain dari mana," katanya.
Menurutnya, ketika memanfaatkan lahan tidur, memanfaatkan segala resources, termasuk membuat kompos sendiri dari sampah rumah tangga masyarakat, bisa dapat masyarakat setidaknya sayur-mayur yang sehat-sehat.
Perubahan terjadi saat pandemi berakhir dan masyarakat sudah kembali beraktivitas normal.
Kebun dengan konsep urban farming itu kekurangan sumber daya manusia untuk mengolah lahan, sehingga sempat terbengkalai.
Vania dan rekan-rekan pun mengajak anak muda lainnya yang belum memiliki pekerjaan atau yang memiliki waktu luang untuk mengelola kebun dengan konsep usaha sosial atau social enterprise.
Seni Tani memperluas jangkauan konsumen sayur dari hasil kebunnya, ke luar Arcamanik.
Mereka menawarkan konsep agar orang-orang membayarkan sejumlah dana di awal dan mereka akan mendapatkan pasokan sayur seminggu sekali saat masa panen.
Dengan cara itu, kebun komunal Seni Tani bisa mendapatkan dana pengelolaan di awal sehingga produktivitas kebun terus berlanjut.
Menurut Vania, konsep itu memenuhi 3 unsur yaitu lingkungan, sosial, dan ekonomi.
Selain mengolah lahan tidur jadi lebih bermanfaat dan memberi penghasilan kepada warga, mengelola kebun Seni Tani juga banyak dimanfaatkan anak muda untuk healing.
Baca Juga: Lestari Summit 2024 Gandeng Berbagai Stakeholder demi Penuhi Target SDGs
“Jadi kita konsen sama anak-anak muda yang memang mereka stress karena pengaruh sosmed, pengaruh pengangguran. Jadi kita coba ajak ke anak-anak setempat yang memang masih menganggur kita ajak menjadi petani muda, gotong royong jadi social enterprise,” ungkap Vania.
Ia menuturkan, dirinya dan anak-anak muda di tempat tinggalnya sama sekali tidak berpikir tentang mencari publisitas atas apa yang sudah mereka lakukan.
Mereka justru ingin membuat dampat baik kebun komunal menjadi lebih luas dengan mengikuti program SATU Indonesia Awards yang diselenggaran oleh PT Astra Internasional Tbk.
SATU Indonesia Awards adalah apresiasi dari Astra bagi anak bangsa yang memberi manfaat dan berkontribusi bagi masyarakat untuk mendukung terciptanya kehidupan berkelanjutan melalui bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi.
Pada kesempatan yang sama, Head of Media Relations Astra Regina Panontongan mengungkap, jika banyak sekali anak muda yang tergerak hatinya untuk berkontribusi pada masyarakat dan lingkungan.
Pertama kali diadakan pada 2009, SATU Indonesia Awards tadinya hanya diikuti oleh 120 pendaftar.
Tapi pada penyelenggarannya yang ke-15 di tahun ini, ada lebih dari 15.000 pendaftar.
Baca Juga: Menaker Sebut Tren Ketenagakerjaan Mulai Bergerak ke Arah Green Productivity
“Kami melihat bahwa change maker, banyak sekali anak muda yang ternyata tergerak hatinya untuk melakukan beyond pekerjaan mereka. Macam-macam latar belakangnya, ada yang memang karena pekerjaannya dia melakukan itu tapi dia melakukan lebih daripada tugasnya. Ada yang memang karena profesi dan tergerak hatinya,” tutur Regina.
“Melihat perubahan itu terjadi di masyarakat, kemudian dilakukan oleh anak muda yang melakukan dengan tulus tanpa pamrih tanpa melihat publikasi atau enggak, itulah yang kami sasar,” imbunnya.
Ia menyampaikan, dengan apresiasi yang diberikan Astra bisa membuat program-program perubahan itu memberi insipirasi bagi anak muda lainnya.
Lestari Summit 2024 adalah forum yang diselenggarakan oleh KG Media sebagai wadah bagi para pemimpin dan praktisi sustainability untuk bertukar pikiran dan menginspirasi satu sama lain.
Termasuk membuka kesempatan kolaborasi untuk pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) di Indonesia.
Baca Juga: BRI Tawarkan KPR Green Financing, Rumah Murah Ramah Lingkungan
Acara ini diorganisir oleh empat media besar di bawah naungan KG Media: Kompas.com, KompasTV, Kontan, dan National Geographic Indonesia.
Mengusung tema “Fostering Sustainability Through Inclusive Local Practice and Policy Making”.
Dalam Lestari Summit 2024 juga mempersembahkan malam penghargaan Lestari Awards.
Hal ini untuk mengapresiasi para pelaku industri yang telah berjuang keras memberikan manfaat nyata bagi lingkungan dan masyarakat serta pencapaian SDGs di Indonesia.
KG Media berkolaborasi dengan mitra seperti BRI, Astra, PLN, dan Pertamina untuk mendukung kesuksesan Lestari Summit 2024.
Penulis : Dina Karina Editor : Deni-Muliya
Sumber :