BMKG Ungkap Penyebab Sejumlah Wilayah Masih Hujan hingga Awal Agustus 2024 Saat Musim Kemarau
Peristiwa | 26 Juli 2024, 08:48 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap penyebab sejumlah wilayah berpotensi diguyur hujan lebat hingga awal Agustus 2024 mendatang. Meskipun, saat ini secara umum Indonesia tengah berada di puncak musim kemarau.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto menyebut sejumlah wilayah berpotensi diguyur hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang sepekan ke depan.
Peningkatan potensi hujan tersebut terjadi dari Aceh, Sumatera Utara, Riau, Bengkulu, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Maluku Utara, NTT, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Papua, Papua Barat, Papua Pegunungan, Papua Barat Daya, Papua Selatan.
Baca Juga: Teks Khotbah Jumat 26 Juli 2024 Kemenag Tentang Iman, Islam dan Perdamaian
Penyebab Sejumlah Wilayah Masih Hujan di Musim Kemarau 2024
Guswanto mengatakan bahwa kondisi ini dipengaruhi oleh Gelombang Ekuator Rossby yang diprakirakan aktif di wilayah tersebut.
Aktivitas gelombang ini mendukung potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah-wilayah itu. Selain itu faktor pemanasan skala lokal memberikan pengaruh cukup signifikan dalam proses pengangkatan massa udara dari pemukaan bumi ke atmosfer.
Sementara itu, Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani menerangkan, sirkulasi siklonik terpantau di Samudera pasifik sebelah utara Papua.
Sirkulasi Siklonik ini membentuk daerah pertemuan dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi) di sekitar Samudera pasifik sebelah utara Papua. Daerah konvergensi lainnya terpantau di Perairan barat Sumatra Utara dan Sulawesi bagian tengah.
Daerah konfluensi terpantau di wilayah Laut China Selatan dan Samudera Pasifik sebelah utara Papua.
Terkait kecepatan angin, lanjut Andri, terpantau terjadi peningkatan hingga lebih dari 25 knot di Laut Andaman, Samudera Hindia barat daya Banten, dan Laut Arafuru, yang mampu meningkatkan tinggi gelombang di wilayah sekitar perairan tersebut.
Penulis : Dian Nita Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV