Politikus PDI-P Sebut jika Partainya Berkoalisi dengan Gerindra maka Rakyat yang Menang
Politik | 17 Juli 2024, 21:09 WIB“Kita kan nggak reaktif ya, semua kan ada prosesnya. Tapi tentu informasi baru dari survei Litbang Kompas ini kan tentu menjadi pemicu untuk diskursus yang baru,” kata dia.
“Kalau selama ini diskusi berputar di seputarnya Kaesang, dengan tanda-tanda bahwa Kaesang tidak akan di Jakarta, ini kan artinya partai-patai harus mulai memikirkan ulang, menata ulang, siapa calon yang paling cocok untuk mengurus Jakarta.”
Jika nantinya PDI-P dan Gerindra merasa satu frekuensi, lanjut Deddy, maka tidak menutup kemungkinan untuk mereka berkoalisi.
Baca Juga: Nilai KIM Prioritaskan Pencalonan di Pilkada Jakarta, Pengamat: Kaesang Lebih Baik Maju di Jateng
“Kalau frekuensinya sama antara PDI-P dan Gerindra, why not. Kedua partai punya kader-kader yang mumpuni,” ucapnya.
“Kemudian ada partai lain misalnya Golkar dan sebagainya juga, PKB juga punya, PKS juga punya, ini kan menarik sebagai menu bagi rakyat Jakarta untuk memilih calon-calon yang among the best.”
Meskipun misalnya kemudian PDI-P dan Gerindra tidak bersatu dalam koalisi, partai politik yang ada akan tetap mengusung calon terbaik.
“Jadi walaupun bersatu atau tidak, baik PDI Perjuangan, Golkar, Gerindra, akan mencari calon yang paling baik untuk rakyat Jakarta, saya kira di sana. Kalau masiha ada faktor Kaesang, diskusinya akan menjadi lebih sulit.”
Dalam kesempatan itu, ia juga menegaskan bahwa lebih tingginya Prabowo effect dibandingkan Jokowi effect merupakan sesuatu yang alamiah.
“Pertama, soal efek Pak Jokowi yang kalah dibanding Pak Prabowo, memang itu sesuatu yang sangat alamiah.”
“Karena apa? Pak Jokowi akan segera menjadi sejarah sebagai presiden, sudah selesai. Setiap orang ada masanya, ini eranya Pak Prabowo,” ujar dia.
Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV