> >

Gaduh Fenomena Suhu Dingin di Pulau Jawa, Ini Penjelasan BMKG

Peristiwa | 16 Juli 2024, 18:55 WIB
Salah satu fenomena Bediding di Dieng, Jawa Tengah sebabkan embun upas (Sumber: Kompastv/Ant)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengidentifikasi Angin Monsun Australia serta posisi matahari yang berada di utara bumi sebagai penyebab suhu dingin yang melanda sebagian besar wilayah di Pulau Jawa.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menjelaskan bahwa Angin Monsun Australia yang kering dan sedikit mengandung uap air saat ini bergerak menuju benua Asia melalui perairan Samudra Hindia.

Tim meteorologi BMKG menemukan bahwa suhu permukaan laut di perairan Samudera Hindia juga lebih rendah, sehingga berkontribusi pada penurunan suhu di wilayah Indonesia.

Menurut BMKG, fenomena suhu dingin ini adalah kejadian biasa yang terjadi antara bulan Juli hingga Agustus (puncak musim kering) dan diperkirakan berlangsung hingga September.

Baca Juga: Selasa Bahasa: Apa Arti Kata Trust Issue dalam Bahasa Indonesia?

Dikutip dari Antara pada Selasa (16/7/2024), Guswanto menyatakan bahwa fenomena ini terutama memengaruhi wilayah selatan khatulistiwa seperti Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, yang akan mengalami suhu lebih dingin dari biasanya.

Wilayah dengan topografi pegunungan atau dataran tinggi di Pulau Jawa, seperti Banjarnegara di Jawa Tengah (Dieng), Lumajang hingga Pasuruan di Jawa Timur (Semeru, Bromo), serta Wonosobo dan Temanggung (Gunung Sindoro - Sumbing) dan Lembang Bandung di Jawa Barat, biasanya mengalami suhu yang lebih dingin.

BMKG memprediksi beberapa wilayah tersebut akan tetap bersuhu dingin pada pagi hari, dengan suhu minimum terjadi pada malam hari.

Posisi matahari yang berada di belahan utara bumi mengakibatkan wilayah Indonesia, khususnya bagian selatan khatulistiwa, menerima sedikit sinar matahari langsung, yang menyebabkan suhu udara lebih rendah.

Dalam kondisi ini, BMKG menyarankan masyarakat untuk tetap cukup mengonsumsi air, serta makanan atau minuman yang mengandung vitamin C dan vitamin D, agar kekebalan tubuh tetap terjaga menghadapi penurunan suhu.

Guswanto mengatakan, suhu dingin adalah fenomena yang rutin terjadi setiap tahun, terlebih pada musim kemarau.

“Orang Jawa menyebutnya mbedhidhing (bediding),” kata Guswanto, Minggu (14/7/2024), dikutip dari Kompas.com.

Ia menyebut, penyebab suhu dingin yang terjadi akhir-akhir ini yakni adanya Angin Monsun Australia. 

Guswanto menjelaskan, Angin Monsun Australia ini bertiup dari Australia menuju Asia melewati wilayah Indonesia dan perairan Samudra Hindia. 

Sementara itu, Samudra Hindia juga memiliki suhu permukaan laut yang juga relatif rendah atau dingin. 

Angin Monsun Australia diketahui bersifat kering dan sedikit membawa uap air, sehingga memengaruhi musim kemarau di Indonesia. 

Hal ini membuat sejumlah wilayah yang dilewati Angin Monsun Australia menjadi lebih dingin.

“Apalagi pada malam hari, di saat suhu mencapai titik minimumnya,” ujar Guswanto.

Baca Juga: Suhu Dingin Landa Wilayah Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara, BMKG Prediksi Berlangsung Hingga Agustus

 

 

Penulis : Kiki Luqman Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV, Antara, Kompas.com


TERBARU