> >

Waspada Fenomena Bediding di Wilayah Dataran Tinggi

Peristiwa | 8 Juli 2024, 04:00 WIB
Salah satu fenomena Bediding di Dieng, Jawa Tengah sebabkan embun upas (Sumber: Kompastv/Ant)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Fenomena suhu dingin di tengah musim kemarau menjadi pertanyaan banyak masyarakat, terutama mengenai penyebab hal ini bisa terjadi.

Seharusnya, di periode ini kita merasakan panasnya bumi dengan langit yang cerah dan matahari yang terik. Namun, ternyata kondisi tersebut justru menjadi pemicu adanya fenomena suhu dingin ini.

Prakirawan cuaca dari BMKG, Riefda Novikarany, mengatakan bahwa fenomena ini terjadi ketika kondisi cuaca dingin berbeda dari biasanya, ditandai dengan penurunan suhu yang drastis pada malam hingga dini hari.

Riefda menjelaskan bahwa daerah yang berpotensi mengalami bediding (suhu dingin ekstrem) adalah dataran tinggi atau pegunungan, yang memiliki tekanan udara lebih rendah dan volume udara yang lebih sedikit.

"Fenomena bediding ini fenomena kondisi cuaca yang biasanya cuacanya dingin mendekati ekstrem karena biasanya lebih dingin dari normalnya, fenomena ini ditandai dengan suhu drastis pada malam hari hingga dini hari," ucapnya kepada jurnalis KompasTV, Minggu (7/7/2024).

Baca Juga: Peringatan Dini BMKG Besok Senin 8 Juli 2024: 25 Wilayah Indonesia Waspada Hujan Lebat dan Petir

Fenomena bediding adalah kondisi cuaca dingin yang lebih ekstrem dari biasanya, ditandai dengan suhu yang turun drastis pada malam hingga dini hari. 

Penyebab utama fenomena bediding

Pertama udara kering, pada musim kemarau, udara cenderung lebih kering karena kurangnya uap air. Udara kering memiliki kapasitas lebih rendah untuk menahan panas sehingga lebih cepat mendingin pada malam hari.

Kedua, langit cerah, langit yang cerah pada malam hari menyebabkan panas dari permukaan bumi memancar langsung ke atmosfer tanpa hambatan, mengakibatkan perubahan suhu yang signifikan.

Ketiga angin tenang, angin yang tenang atau berkecepatan lemah menghambat percampuran udara, sehingga udara dingin terperangkap dekat permukaan bumi.

Penulis : Kiki Luqman Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV


TERBARU