> >

Indonesia Tidak akan Bayar Tebusan 8 Juta Dollar AS Kepada Kelompok Peretas

Peristiwa | 25 Juni 2024, 13:16 WIB
Ilustrasi hacker bobol data internet. cyberscurity keamanan siber (Sumber: Envato)

“Gangguan pada pusat data nasional dan waktu berhari-hari untuk memulihkan sistem membuat serangan ransomware ini luar biasa,” kata Persadha. “Ini menunjukkan bahwa infrastruktur siber dan sistem server kami tidak ditangani dengan baik,” tambahnya.

Baca Juga: Server PDN Diduga Terkena Serangan Siber, Menkominfo: Pemulihan Dilakukan Secara Berkala

Petugas memeriksa paspor penumpang yang berangkat ke Singapura di pos pemeriksaan imigrasi terminal feri Bandar Bentan Telani di Pulau Bintan, Indonesia, Rabu, 15 Mei 2024. Pihak berwenang Indonesia pada Senin mengatakan bahwa pusat data nasional negara itu disusupi oleh serangan dunia maya. Serangan ini mengganggu layanan publik termasuk tempat pemeriksaan imigrasi dan meminta uang tebusan sebesar $8 juta. Namun pemerintah menegaskan tidak akan membayar uang tebusan yang diminta peretas. (Sumber: AP Photo/Dita Alangkara, File)

Dia mengatakan serangan ransomware tidak akan ada artinya jika pemerintah memiliki cadangan yang baik yang secara otomatis dapat mengambil alih server utama pusat data nasional saat terjadi serangan siber.

Sebelumnya, Bank Indonesia pernah diserang oleh ransomware pada tahun 2022, tetapi layanan publik tidak terpengaruh. Aplikasi COVID-19 milik Kementerian Kesehatan diretas pada tahun 2021, sehingga mengungkap data pribadi dan status kesehatan 1,3 juta orang.

Tahun lalu, platform intelijen yang memantau aktivitas jahat di dunia maya, Dark Tracer, mengungkapkan bahwa kelompok peretas yang dikenal sebagai ransomware LockBit mengklaim telah mencuri 1,5 terabyte data yang dikelola oleh bank syariah terbesar di Indonesia, Bank Syariah Indonesia.

 

Penulis : Tussie Ayu Editor : Iman-Firdaus

Sumber : The Associated Press


TERBARU