Saat Achsanul Qosasi Bayar Rp3 Juta Numpang Kencing di Hotel demi Uang Rp40 Miliar dari Korupsi BTS
Hukum | 15 Mei 2024, 11:36 WIBSedangkan Achsanul Qosasi memilih tak menginap di hotel tersebut. Sadikin mengatakan Achsanul sempat masuk ke kamar 904, namun hanya untuk buang air kecil. Mendengar pernyataan itu, Hakim Fahzal pun sempat tertawa.
"Numpang kencing doang?" tanya Hakim Fahzal.
"Iya," kata Sadikin.
"Untuk numpang kencing aja haha," kata Hakim sembari tertawa.
Sadikin kemudian sedikit meralat keterangannya. Menurut dia, kamar 904 tadinya disewakan untuk keluarga Arfiana.
Namun, kenyataannya pada hari itu keluarga Arfiana juga tidak ada yang menempati kamar tersebut.
"Bukan tujuannya untuk numpang kencing, Yang Mulia. Karena memang tujuan awalnya untuk keluarga," katanya.
“Di situ ada enggak keluarga Arfiana itu?" tanya Hakim.
"Enggak ada," jawab Sadikin.
"Ya enggak apa-apa. Sekarang apapun dibayar kan bapak, kencing dibayar 3 juta di Grand Hyatt," celetuk Hakim.
Baca Juga: Kejagung Sebut 2 Tersangka Korupsi BTS Kominfo Yusrizki dan Windi akan Sidang Perdana 16 November
Seperti diketahui, Achsanul Qosasi didakwa jaksa penuntut umum telah menerima Rp 40 miliar di Hotel Grand Hyatt, Jakarta Pusat, dalam kasus korupsi BTS 4G Kominfo.
"Terdakwa Achsanul Qosasi selaku Anggota III BPK Republik Indonesia periode 2019 sampai dengan 2024 dengan maksud menguntungkan diri sendiri sebesar USD 2.640.000 atau sebesar Rp 40.000.000.000 secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya," kata jaksa penuntut umum dalam persidangan Kamis (7/3/2024).
Menurut jaksa, uang Rp 40 miliar itu dimaksudkan untuk pengkondisian audit proyek pengadaan tower BTS 4G BAKTI Kominfo oleh BPK.
Hasilnya, BPK menerbitkan Laporan Pemeriksaan Kepatuhan atas Persiapan, Penyediaan dan Pengoperasioan BTS 4G Tahun Anggaran 2022 pada BAKTI Kemenkominfo yang di dalamnya tidak ditemukan kerugian negara.
Laporan BPK tersebut kemudian digunakan untuk merekomendasikan penghentian penyidikan yang dilakukan Kejaksaan Agung, mengingat tak ditemukan kerugian negara.
Penulis : Tito Dirhantoro Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Tribunnews.com