> >

Pengamat: Partai Gelora dan Demokrat Kasih Kode Tak Nyaman Parpol Lain Masuk KIM, Sikapi dengan Baik

Politik | 1 Mei 2024, 05:54 WIB
Para ketua umum partai dari Koalisi Indonesia Maju (KIM), koalisi pengusung Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, di kediaman Prabowo, di Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Minggu (22/10/2023) malam. (Sumber: KOMPAS/PRIYOMBODO)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Presiden Terpilih Prabowo Subianto diingatkan untuk memperhatikan kegusaran partai di Koalisi Indonesia Maju (KIM) terkait masuknya anggota baru. 

Pengamat Politik dari Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menilai, kegusaran Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan penolakan Partai Gelora terhadap PKS yang ingin dirangkul masuk ke KIM harus bisa disikapi dengan baik.

Menurut Adi, jika kegusaran anggota KIM tidak disikapi dengan baik, dikhawatirkan fokus Prabowo dalam menjalankan pemerintahan malah beralih untuk mendamaikan pendukungnya sendiri. 

"Secara alamiah memasukkan orang baru, apalagi orang baru itu kompetitor saling bersaing dalam Pilpres pastinya mendapat penolakan," ujar Adi di program Kompas Petang KOMPAS TV, Selasa (30/4/2024). 

Adi menjelaskan, pernyataan Partai Gelora yang menolak PKS merupakan wujud kegusaran, bahkan bisa dikategorikan sebagai perang terbuka Partai Gelora terhadap PKS. 

Baca Juga: Soal Koalisi Prabowo-Gibran, Ketum Demokrat AHY: Jangan Sampai Terkesan Besar Tapi Keropos

Jika nantinya disatukan dalam satu koalisi pendukung pemerintah, maka akan sulit bagi Partai Gelora untuk berjalan beriringan di tubuh yang sama. 

Selain Partai Gelora dan PKS, Partai Demokrat juga sudah menyuarakan agar merawat koalisi besar tidak mudah karena bisa rapuh di tengah jalan. 

Menurut Adi, suara dari Partai Demokrat itu tidak terlepas dari luka hati sebelum Pilpres kala AHY tidak dipilih sebagai pendamping Anies Baswedan. 

Saat itu Partai Demokrat masih tergabung dalam Koalisi Perubahan bersama Partai NasDem dan PKS.

Alhasil, dinamika politik membuat Demokrat pindah haluan mendukung Prabowo-Gibran.

Sedangkan Anies dipasangkan dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar. 

Baca Juga: Partai Gelora Tolak PKS Gabung ke Koalisi Prabowo-Gibran, Ini Alasannya

"Tidak heran ketika PKB dan NasDem dikabarkan berkoalisi dengan Prabowo, AHY itu satu-satunya pimpinan partai di KIM yang angkat bicara. Kasih peringatan jangan sampai koalisi judulnya banyak tapi akan rapuh di tengah jalan. Ini rasa tak nyaman dan tak happy," ujar Adi. 

Di kesempatan yang sama, Anggota Dewan Pembina Partai Gerindra Andre Rosiade meyakini koalisi pendukung pemerintahan Prabowo-Gibran akan solid, walaupun nantinya akan ada anggota baru yang masuk. 

Andre menjelaskan, sejak awal Prabowo ingin sekali menyatukan partai politik jika berhasil memenangkan Pilpres 2024. 

Keinginan Prabowo tersebut tentu sudah dimengerti oleh para pimpinan partai yang tergabung di KIM. 

Hal itu jugalah yang membuat Prabowo saat ini terus bersilaturahmi dengan partai politik di di luar KIM. 

Baca Juga: Potensi Gesekan Rivalitas Partai Usai Prabowo Rangkul Kawan Baru Koalisi

Tak hanya itu, dalam setiap kampanyenya di Pilpres 2024, Prabowo berulang kali menyampaikan jika terpilih akan merangkul elit untuk bersatu demi kepentingan memanjukan bangsa dan negara. 

Bahkan, setelah putusan Mahkamah Konstitusi terkait sengketa Pilpres, Prabowo kembali menyampaikan ingin membangun pemerintahan yang kuat dan efektif. 

Menurut Andre, dalam mewujudkannya Prabowo tentu butuh dukungan dari partai politik lain di luar KIM agar koalisi yang kuat dan efektif bisa terbentuk. 

"Jadi intinya tentu komunikasi politik dilakukan kepada seluruh pihak. Kita sepakat koalisi yang kuat dan efektif sehingga janji kampanye Pak Prabowo dan Mas Gibran bisa segera dieksekusi," ujar Andre. 

 

Penulis : Johannes Mangihot Editor : Deni-Muliya

Sumber : Kompas TV


TERBARU