Soal Gizi Program Makan Gratis Prabowo Belum Dibahas, Menkes: Pasti Lebih Besar dari "Isi Piringku"
Politik | 27 Februari 2024, 23:13 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Program makan siang gratis yang digagas Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka ikut dimasukkan dan diperhitungkan dalam penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, pembahasan program makan gratis baru sebatas kalkulasi yang akan dimasukkan dalam penyusunan RAPBN 2025.
Namun, soal pemenuhan gizi dalam program tersebut belum dibahas secara rinci.
Menurut Budi, kemungkinan anggaran untuk program tersebut lebih besar, karena menu yang akan disajikan lebih banyak daripada program Isi Piringku dari Kemenkes. Isi Piringku sendiri merupakan panduan untuk masyarakat dalam memenuhi porsi makan dan gizi seimbang pengganti porsi makanan empat sehat lima sempurna.
Baca Juga: Makan Siang Gratis Masuk RAPBN: Gibran Sebut Masih Dibicarakan, Mahfud Kritisi
"Mereka pasti lebih besar, dugaan saya karena makanannya lebih banyak dari Isi Piringku. (Isi Piringku) kan itu untuk (usia) lima tahun ke bawah," ujar Menkes Budi ditemui di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (27/2/2024).
Menkes menambahkan, program makan siang gratis sebenarnya bukan hal baru di tengah masyarakat Indonesia.
Sebab, di sekolah, para siswa akan diminta membawa bekal makanan yang akan dimakan bersama di sekolah.
Namun untuk pemenuhan gizi seimbang dengan biaya sebesar Rp15 ribu, akan sulit terpenuhi.
"Rp15 ribu memastikan gizinya tepat dan baik, itu belum dibicarakan," ujar Budi.
Baca Juga: Tanggapi Anggaran Makan Siang Gratis Cuma Rp15 Ribu, Menkes: Nah, di Yogyakarta Cukup
Adapun besaran biaya per anak untuk program makan siang gratis milik Prabowo-Gibran sebesar Rp15 ribu disampaikan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto.
Airlangga menjelaskan, anggaran Rp 15.000 per anak itu merata untuk seluruh daerah di luar program susu gratis.
"Wartawan kalau makan Rp15 ribu kenyang atau enggak?" tanya Menkes yang segera dijawab oleh para awak media dengan seruan, "Enggak."
"Kalau di Yogya, ya cukup," imbuh Menkes.
Penulis : Johannes Mangihot Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV