Kotak Suara di Papua Dirusak dan Dibakar Massa, KPU Sebut Ada Kesalahpahaman dan Provokator
Rumah pemilu | 13 Februari 2024, 22:20 WIBNABIRE, KOMPAS.TV - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Papua Tengah menyebut perusakan dan pembakaran kotak suara di Kabupaten Paniai terjadi karena kesalahpahaman.
Adapun KPU Papua Tengah menyatakan bahwa tidak ada kekurangan logistik saat pendistribusian di Papua Tengah, termasuk di Paniai.
KPU Papua Tengah sendiri menggelar konferensi pers usai beredar video massa membongkar dan membakar kotak suara di Distrik Kebo, Paniai. Massa menganggap ada indikasi kecurangan karena logistik Pemilu 2024 yang didistribusikan disebut tidak memuat formulir C-Hasil.
Ketua KPU Papua Tengah Jenifer Tabuni mengaku logistik Pemilu 2024 yang didistribusikan di provinsi dimekarkan pada 2022 lalu itu lengkap. Ia menyebut massa termakan isu hilangnya formulir C-Hasil.
”Kami pastikan semuanya lengkap di dalam kotak suara. Selain itu, massa juga termakan isu, jika formulir C-Hasil adalah palsu karena tidak memiliki hologram seperti di 2014 dan 2019. Padahal, untuk Pemilu 2024 ini tidak lagi berhologram, tetapi menggunakan barcode,” kata Jenifer dalam konferensi pers di Nabire, Selasa (13/2/2024).
Baca Juga: Bawaslu Papua Barat Komitmen Tegas Saat Lakukan Pengawasan di Masa Tenang
Massa diketahui menyebut formulir C-Hasil dibawa lari para panitia pemungutan distrik dan anggota partai politik saat pembakaran terjadi. Aksi pembongkaran kotak suara juga diduga terjadi di Distrik Yagai, Muye, dan Aweida.
Anggota KPU Papua Tengah, Octovianus Takimai menyebut keselahapahaman tersebut disinyalir disebarkan oleh pihak tertentu. Ia menyebut ada provokator yang diduga menghambat penyelenggaraan pemilu di Papua Tengah.
Octovianus juga mengaku menyayangkan panitia penyelenggara pemilu di tingkat distrik yang dinilainya gagal memberi edukasi. Ia menduga panitia tidak memahami utuh sejumlah perubahan teknis terkait logistik Pemilu 2024.
”Kemungkinan para penyelenggara di tingkat bawah ini tidak maksimal saat menerima materi bimtek (bimbingan teknis) sehingga mereka juga tidak bisa memberikan edukasi dengan baik kepada masyarakat,” kata Octovianus dikutip Kompas.id.
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV, Kompas.id