Komentari Film Dirty Vote, KSAD Jenderal Maruli: Menurut Saya, Itu Pernyataan yang Tidak Bernyali
Peristiwa | 13 Februari 2024, 18:54 WIBMEDAN, KOMPAS.TV - Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal Maruli Simanjuntak, buka suara mengomentari film Dirty Vote yang berisi tentang kecurangan dalam pemilihan umum atau Pemilu 2024.
Maruli Simanjuntak mengaku belum menonton film dokumenter yang berdurasi hampir dua jam itu. Tapi, ia mengeklaim sudah mendengar isi atau cerita yang disampaikan dalam film Dirty Vote tersebut.
Menurut dia, film dokumenter tersebut hanyalah bentuk dugaan kecurangan atau ketidaknetralan aparat negara.
Baca Juga: Komentari Film Dirty Vote, Anies, Cak Imin, dan JK Dilaporkan ke Bawaslu
"Kebetulan saya juga enggak nonton itu, tapi saya dengar ceritanya kalau orang bilang menduga (ada ketidaknetralan), enggak punya bukti, kita semua bisa menduga-duga-lah," kata Jenderal Maruli kepada wartawan di Kodam 1 Bukit Barisan, Selasa (13/2/2024).
Karena hanya berisi dugaan-dugaan semata, Jenderal Maruli menilai bahwa pernyataan-pernyataan yang disampaikan dalam film Dirty Vote tidak bernyali.
"Kalau sekarang dengan kata-kata dugaan menurut saya itu pernyataan-pernyataan yang bisa dikatakan tidak bernyali ya,” ucapnya.
“Dia tidak bisa dituntut kan, kalau dituntut (pembuat film Dirty Vote akan bilang) maksudnya apa ? ya saya kan menduga-duga.”
Ia pun menyarankan kepada masyarakat dan media obyektif dalam menyikapi kemunculan film Dirty Vote tersebut. Menurutnya, film itu tak perlu ditanggapi karena tidak ada bukti dari pernyataan yang disampaikan.
Baca Juga: TPN Ganjar-Mahfud: Film Dirty Vote Ungkap Intervensi Penguasa dalam Pemilu 2024
"Kalau saya bisa memberikan saran ke media maupun masyarakat umum, kalau tidak ada buktinya, hanya omongan-omongan, segala macam, saya kira jangan terlalu ditanggapi lah," ujarnya.
"Karena yaitu, serba salah. Kita mau tuntut (nanti) juga dibilang, saya kan cuma menduga, itu permainan-permainan yang mereka untuk membuat ya, situasi. Punya tujuan tertentu mungkin, kita juga tidak tahu.”
Meskipun demikian, Maruli Simanjuntak menyerahkan sepenuhnya kepada masyarakat untuk menilai sendiri terkait film Dirty Vote tersebut.
"Ya jadi ya mudah mudahan masyarakat bisa menilai saya lihat banyak tanggapan, saya filmnya gak nonton, tapi tanggapan saya lihat ada beberapa masyarakat kelihatan, sudah mengerti," tutur KSAD.
Seperti diketahui, Film Dirty Vote disutradarai oleh jurnalis senior Dandhy Laksono yang mengangkat tema mengenai dugaan kecurangan Pemilu 2024.
Baca Juga: Kompilasi Komentar Elite Politik soal Dokumenter Dirty Vote: dari Apresiasi hingga Tuduhan Fitnah
Dalam film tersebut, ada tiga pakar hukum tata negara yang berbicara menjabarkan soal bentuk kecurangan terkait proses Pemilu 2024. Adapun ketiga tokoh itu antara lain Bivitri Susanti, Zainal Arifin Mochtar, dan Feri Amsari.
Sutradara film Dirty Vote, Dandhy Dwi Laksono menjelaskan alasan dokumenter itu dirilis ketika masa tenang Pemilu 2024 agar menjadi tontonan reflektif dan edukasi bagi publik jelang hari pemilihan pada 14 Februari 2024 mendatang.
Dandhy mengaku berharap film Dirty Vote akan memantik banyak ruang diskusi. Ia pun mengajak seluruh elemen masyarakat untuk sejenak mengesampingkan dukungan untuk salah satu paslon dan menonton film tersebut sebagai warga neagra Indonesia.
"Seyogianya Dirty Vote akan menjadi tontonan yang reflektif di masa tenang pemilu. Diharapkan tiga hari yang krusial menuju hari pemilihan, film ini akan mengedukasi publik serta banyak ruang dan forum diskusi yang digelar," kata Dandhy dalam keterangan pers yang diterima pada Minggu (11/2).
"Ada saatnya kita menjadi pendukung capres-cawapres. Tapi hari ini, saya ingin mengajak setiap orang untuk menonton film ini sebagai warga negara.”
Baca Juga: Buka Suara soal Film Dokumenter 'Dirty Vote', TKN Prabowo-Gibran: Berisi Fitnah
Penulis : Tito Dirhantoro Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas.com, Kompas TV