Profil Blacius Subono, Dalang yang Meninggal usai Pentas Wayang di Kampanye Ganjar-Mahfud di Solo
Humaniora | 10 Februari 2024, 18:18 WIBBlacius Subono juga merupakan seorang Purna Dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta di Program Studi Teater.
Pria kelahiran Klaten, 3 Februari 1954 ini mewarisi keahlian mendalang dari sang ayah, dan terbiasa menyaksikan wayang sejak kecil.
Ia kerap menemani sang ayah mendalang dan belajar menabuh gamelan.
Mengutip laman pariwisatasolo.surakarta.go.id, Bono dikenal sebagai dalang cilik yang rajin pentas di muka umum saat berusia 12 tahun.
Lingkungan keluarga dalang dan pendidikan formal seni karawitan membentuk keahliannya sebagai pengrawit, dalang, penata musik, komponis, dan sekaligus penulis naskah.
Bono memperluas ruang kreativitasnya pada dua dimensi budaya, yakni tradisi dan budaya masa kini.
Baca Juga: Momen Anak Wiji Thukul Baca Puisi di Depan Ganjar-Mahfud: Hanya Ada Satu Kata, Lawan!
Ia juga sangat piawai merancang konstruksi jalinan suara gending-gending masa lalu ke dalam wacana karakteristik baru yang lebih dramatis.
Bono juga menggarap penataan gending untuk sejumlah seniman tenar, seperti dalang Ki Mantep Sudharsono, Ki Anom Suroto serta seniman tari Sardono W. Kusumo, Retno Maruti, Elly dan Deddy Luthan.
Kepiawaiannya juga membawa Bono pentas di Amerika Serikat dan Kanada, Ingris, Perancis, Italia, Belanda, Australia, Singapura, Hongkong, dan Jepang.
Atas kiprahnya, Bono menerima Satya Lencana Budaya dari Lembaga Kebudayaan Jawa, Anugerah Seni dari Mendikbud RI (1996). Sebelum meninggal, ia mengajar seni pedalangan di almamaternya, Institut Seni Indonesia Surakarta.
Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Vyara-Lestari
Sumber : tribunnews.com