Butet Singgung Wiji Thukul di Kampanye Ganjar-Mahfud di Solo: yang Menculik Mencapreskan
Rumah pemilu | 10 Februari 2024, 11:27 WIBSOLO, KOMPAS.TV - Seniman Butet Kartaredjasa menyinggung penyair dan aktivis hak asasi manusia, Wiji Thukul, dalam kampanye akbar Hajatan Rakyat Ganjar-Mahfud di Benteng Vastenburg, Solo, Jawa Tengah, Sabtu (10/2/2024).
Ia mengatakan bahwa Wiji Thukul merupakan penyair dari Solo yang menghilang. Ia kemudian menyinggung ada pihak yang berperan dalam penculikan Wiji Thukul dan mencalonkan diri sebagai capres.
“Dari Solo lahir seorang penyair besar, yang menjadi martir lahirnya demokrasi di Indonesia, sahabatku, Wiji Thukul. Wiji Thukul yang diculik, dan yang menculik mencapreskan,” ucap Butet.
Baca Juga: Butet di Kampanye Ganjar-Mahfud: Ora Oleh Misuh, Mesakke Polisi Ndak Kakean Gawean
“Sampai hari ini kita tidak tahu di mana kuburnya kalau memang sudah meninggal. Bagaimana nasibnya, kita tidak tahu,” ujarnya.
Butet kemudian memanggil anak perempuan Wiji Thukul, Fitri Nganthi Wani, untuk naik ke panggung. Butet meminta Wani untuk menceritakan janji Presiden Indonesia terkait kasus ayahnya.
Wani lantas menyebut janji Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang akan menuntaskan kasus penghilangan paksa Wiji Thukul.
“Kasus penghilangan paksa yang menimpa Bapak Wiji Thukul yang sampai sekarang tidak beres. Bahkan sampai Ibu Sipon wafat, tapi sampai sekarang kami masih mengingat janji yang pernah diucapkan Bapak Presiden Jokowi perihal Wiji Thukul harus ketemu, kasus Wiji Thukul harus diselesaikan,” ucap Wani.
Ia juga menyinggung wawancara Jokowi dengan wartawan yang mengaku dekat dengan keluarga Wiji, termasuk Sipon dan anak-anak Wiji.
Baca Juga: PKS di Kampanye Anies-Muhaimin: 10 Tahun Tidak Baik-baik Saja, Kita Merasakan Sulitnya Ekonomi
“Kebetulan, direkam wartawan waktu beliau ditanya tentang kedekatan hubungan beliau dengan keluarga Wiji Thukul. Dan beliau berkata, istrinya adalah kawan baik saya, anak-anaknya kawan baik saya dan tentu saja kasus Wiji Thukul harus diselesaikan. Wiji Thukul harus ketemu hidup atau mati,” ujarnya.
Wani lantas membacakan puisi ayahnya yang berjudul “Peringatan”.
Penulis : Fiqih Rahmawati Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV