> >

Uskup Agung Jakarta soal Sivitas Akademika Kritik Jokowi: Jika Tak Dengar Kritik, Bahayanya Tumbang

Politik | 5 Februari 2024, 21:17 WIB
Uskup Agung Jakarta Kardinal Mgr Ignatius Suharyo menanggapi terkait sejumlah sivitas akademika yang mengkritik pemerintah Presiden Joko Widodo atau Jokowi menjelang Pemilu 2024. (Sumber: Tangkap Layar Kompas TV.)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Uskup Agung Jakarta Kardinal Mgr Ignatius Suharyo menanggapi terkait sejumlah sivitas akademika yang mengkritik pemerintah Presiden Joko Widodo atau Jokowi menjelang Pemilu 2024.

Suharyo mengatakan, penyampaian sikap politik terhadap penguasa sejatinya telah ada sejak zaman kenabian.

"Dalam perspektif iman Kristiani, dalam sejarah itu selalu ada kerajaan. Dan kerajaan itu sama dengan kekuasaan. Kita semua tahu kekuasaan itu berbahaya kalau tidak dijalankan dengan baik," kata Suhayo usai menyampaikan seruan terkait Pemilu 2024 di Grha Oikoumene, Salemba, Jakarta Pusat, Senin (5/2/2024). 

"Maka ketika ada institusi kerajaan, pada waktu itu raja-raja tidak bagus, munculah nabi-nabi. Itulah yang menyerukan kebenaran, keadilan," ujarnya.

Ia pun menilai setiap zaman berjalan seperti itu, sehingga, jika para akademisi menyerukan kritik terkait moral, itu tanggung jawab mereka dan ditujukan kepada institusi yang memegang kekuasaan.

"Dinamika seperti itu dalam sejarah selalu ada. Semoga seruan-seruan seperti itu didengarkan. Kalau tidak didengarkan dalam sejarah juga jelas, ketika kekuasaan tidak mendengarkan kritik-kritik bahanyanya adalah tumbang. Bukan hanya di Indonesia, tetapi di mana pun akan terjadi," jelasmya.

Sebab itu, ia menilai kekuasaan dan kritik merupakan dua hal yang mesti berjalan bersama-sama.

Baca Juga: Gelombang Kritik Sivitas Akademika Meluas, Tuntut Presiden dan Elite Politik Junjung Adab dan Etika

Sementara, Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Marsudi Syuhud dalam kesempatan yang sama, mengatakan kritik merupakan hal yang biasa dan merupakan vitamin yang menyehatkan demokrasi.

"Kritik itu biasa, karena kritik itu adalah vitamin. Kalau vitaminnya pas, itu akan menyehatkan bangsa ini, akan menyehatkan demokrasi ini," ujar Marsudi.

Penulis : Isnaya Helmi Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU