Mahasiswa Gerakan Tolak Pemilu Curang Diancam saat Konsolidasi, Advokat: Ada Hilirisasi Represi
Politik | 4 Februari 2024, 15:17 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Sekelompok mahasiswa yang tergabung dalam gerakan #TolakPemiluCurang mengaku diintimidasi saat menggelar konsolidasi pada Sabtu (3/2/2024). Mahasiswa Universitas Trilogi mengaku didatangi preman yang mengancam membubarkan diskusi.
Perwakilan mahasiswa Trilogi mengaku didatangi preman yang sempat beradu argumen dari mahasiswa. Konsolidasi tersebut kemudian didatangi belasan orang yang meminta diskusi dibubarkan.
Iqbal Ramadhan dari Lokataru Foundation menyampaikan bahwa warga setempat sempat memediasi antara kelompok mahasiswa dengan sekelompok orang yang mendatangi mereka. Sekelompok orang itu menuntut diskusi dibubarkan atau ganti isu.
Baca Juga: Ditanya Apakah Pertemuan dengan PSI dan Kaesang Bentuk Kampanye, Jokowi: Enggak Tahu, Saya Diundang
Salah satu isu yang dibahas dalam konsolidasi tersebut adalah pemakzulan Presiden RI Joko Widodo atau Jokowi.
"Setelah konsolidasi tersebut, tim kami melakukan investigasi siapa pelaku-pelaku tersebut dan kami mendapatkan Instgram-nya. Kami juga mengetahui bahwa pelaku adalah mantan organisasi eksternal di salah satu cabang di Jakarta Selatan,” kata Iqbal dalam konferensi pers yang digelar Koalisi Masyarakat Sipil untuk Reformasi Sektor Keamanan, Minggu (4/2).
"Mereka adalah pendukung salah satu paslon, makanya kemudian mereka mengatakan diskusi tersebut akan merugikan salah satu paslon. Ada bukti bahwa preman yang melakukan pembubaran dan intimidasi tersebut foto bersama dengan (Plt. Menko Polhukam) Tito Karnavian,” lanjutnya.
Preman didatangkan
Sementara itu, pengacara publik Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, Fadhil Alfathan menilai preman didatangkan untuk membubarkan konsolidasi mahasiswa terkait kepentingan tertentu.
Fadhil pun menyinggung pengerahan preman pasca-Orde Baru dan penggunaan Pasukan Pengamanan Masyarakat Swakarsa (Pam Swakarsa) pada tahun-tahun awal reformasi.
"Ini seperti ada hilirisasi represi, jadi represinya dari hulu ke hilir. Kawan-kawan masih diskusi, masih konsol aja sudah direpresi, bagaimana kalau aksi?" kata Fadhil.
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV