> >

Soal Presiden Minta KPU Ubah Format Debat, Timses Ganjar-Mahfud: Bagian dari Kemunafikan Jokowi

Rumah pemilu | 15 Januari 2024, 20:26 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan dimulainya pembangunan (groundbreaking) Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) di Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur, Rabu (20/12/2023). (Sumber: Sekretariat Presiden )

JAKARTA, KOMPAS.TV - Timses Ganjar Pranowo-Mahfud MD Islah Bahrawi mengkritik permintaan Presiden RI Joko Widodo kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk mengubah format debat Pilpres 2024. Islah menyebut permintaan itu sebagai bagian dari “hipokrisi” Jokowi.

Jokowi sendiri meminta KPU mengubah format debat usai debat ketiga pada 7 Januari 2024 lalu. Ayah dari Gibran Rakabuming Raka itu menilai debat ketiga “tidak mendidik” karena berisi serangan-serangan yang menurutnya bersifat personal.

Akan tetapi, KPU menyatakan bahwa pihaknya tidak akan mengubah format debat. KPU menegaskan bahwa skema atau format yang mencakup durasi dan jumlah segmen akan tetap berlaku untuk debat keempat dan kelima.

Baca Juga: TKN Prabowo-Gibran Sebut Aksi Hasto Bagi-bagi Telur FOMO: Ikut-ikut

Islah Bahrawi menilai permintaan Jokowi itu menunjukkan kemunafikan karena sang presiden pernah menanyakan hal yang sama kepada Prabowo Subianto di panggung debat Pilpres 2019.

"Ini menurut saya adalah bagian dari hipokrisi (kemunafikan) Pak jokowi. Soal tanah kan Pak Jokowi melakukan hal yang sama pada 2019,” kata Islah dalam program “Kompas Petang” Kompas TV, Senin (15/1/2024).

“Bahkan (Jokowi) menyinggung-nyinggung tidak pernah melakukan pelanggaran HAM yang dianalogikan kepada dirinya. Ini kan juga perbuatannya Jokowi tahun 2019. Ini kan anomali dan hipokrisinya Pak Jokowi,” lanjutnya.

Di lain pihak, pengamat politik dari Universitas Diponegoro, Triyono Lukmantoro, menyebut Jokowi seharusnya tidak berkomentar terlalu teknis terkait debat capres. Menurutnya, komentar Jokowi mudah disinyalir sebagai dukungan presiden kepada paslon tertentu.

"Ini kesannya presiden terlalu cawe-cawe, terlalu campur tangan terhadap hal yang sifatnya terlalu teknis. Saya kira itu nggak perlu,” kata Triyono.

Sementara itu, juru bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Wihadi Wiyanto menilai debat antara Prabowo dengan Jokowi di Pilpres 2014 dan 2019 berbeda dengan debat Prabowo dengan Ganjar dan Anies Baswedan.

Wihadi menyebut debat ketiga Pilpres 2024 lalu tidak terlihat adu program, melainkan serangan yang bersifat pribadi.

Wihadi pun berharap moderator bisa lebih tegas dalam memandu acara debat. Mengenai format debat, ia mengaku pihaknya tidak masalah dengan format yang sekarang.

"Pada saat debat pertama, kedua (antara Prabowo) dengan Pak Jokowi, saya kira bahwa debat itu hidup karena memang kita di situ adu program. Di sini kita tidak melihat adanya adu program lagi, melainkan penyerangan-penyerangan secara pribadi,” kata Wihadi.

Meskipun demikian, Islah Bahrawi menilai anggapan tentang serangan personal saat debat ketiga justru berasal dari Prabowo. Menurutnya, serangan yang dilakukan Ganjar dan Anies saat debat karena Prabowo tidak memberi jawaban jelas.

"Kesalahannya ada di Pak Prabowo, mengapa Pak Prabowo itu jawabannya selalu mengambang dan tidak menjawab pertanyaan?" kata Islah.

Baca Juga: Fahri Hamzah Kritik Komunikasi Kubu 1 dan 3, Sebut Anies dan Ganjar Tak Niat Jadi Presiden

 

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU