Bahas soal Utang Luar Negeri, Anies: Gunakan untuk Hal Produktif, Bukan Beli Alutsista Bekas
Rumah pemilu | 7 Januari 2024, 20:40 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Calon presiden (capres) nomor urut 1 Anies Baswedan berbicara soal utang luar negeri yang menjadi salah satu pembahasan dalam debat capres di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (7/1/2024).
Ia mengatakan bahwa utang luar negeri harus digunakan untuk hal-hal yang bersifat produktif, bukan non-produktif.
Anies memberikan contoh penggunaan utang untuk hal yang non-produktif adalah pembelian alat utama sistem pertahanan (alutsista) bekas.
Baca Juga: Di Debat Capres, Anies Revisi Data Aset Tanah Milik Prabowo: Maaf, Angkanya Terlalu Kecil
“Utang yang digunakan untuk aktivitas produktif, jangan yang non-produktif, misalnya utang digunakan untuk membeli alutsista bekas oleh Kementerian Pertahanan,” kata Anies saat menangapi jawaban capres nomor urut 2 Prabowo Subianto.
Menurutnya, membeli alutsista bekas menggunakan utang luar negeri bukanlah situasi yang tepat.
Selain itu, utang luar negeri ini juga harus dihitung dengan teliti agar kedaulatan Indonesia tidak berpotensi diintervensi oleh negara pemberi utang.
Rasio utang luar negeri Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) juga harus berada di angka 30 persen.
“Kalau dari kami, kita harus mencapai 30 persen dari GDP (Gross Domestic Produk),” ujar Anies.
Ia mengusulkan dua cara untuk menurunkan rasio utang luar negeri, yakni dengan menata uang, memperbesar PDB, serta perluasan wajib banyak.
Baca Juga: Debat Capres, Prabowo Sebut Ada yang Asal Bicara Tanpa Data: Didorong oleh Ambisi
Sebagai informasi, pertanyaan dari panelis soal utang luar negeri ini diajukan kepada Prabowo Subianto.
Prabowo mengatakan bahwa utang luar negeri Indonesia masih menjadi yang terendah dibandingkan dengan negara lain, yakni sekitar 40 persen dari PDB.
“Saya tidak terlalu khawatir negara lain mau intervensi kita soal utang, kita sangat dihormati, mereka hormat dengan indonesia, kita tidak pernah gagal utang,” ucap Prabowo.
Penulis : Fiqih Rahmawati Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV