Jimly Asshiddiqie: Pemilu 2024 Banyak Masalah Ditambah Disrupsi Teknologi yang Nyata
Rumah pemilu | 1 Januari 2024, 12:26 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Cendikiawan Muslim Jimly Asshiddiqie menilai Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 sangat kompleks dan banyak masalah lantaran pemilu dilakukan serentak. Ditambah lagi dengan adanya ancaman perkembangan disrupsi teknologi yang semakin parah dan nyata.
Hal tersebut disampaikan oleh Jimly di program Sapa Indonesia Pagi KompasTV, Senin (1/1/2024).
“Pemilu 2024 ini sangat kompleks, banyak masalah, jauh lebih banyak dari Pemilu sebelumnya, apalagi dibandingkan 2019 ada yang incumbent, sekarang kan nggak ada. Akan terjadi perubahan pergantian kepemimpinan menyeluruh eksekutif, legislatif ya seluruh Indonesia termasuk Pilkada kan,” ucap Jilmy.
“Lagi pula perkembangan disrupsi teknologi sekarang ini akan lebih parah, makin parah gitu, jadi ancamannya nyata karena itu kita semua harus berhati-hati.”
Pertama, kata dia, harus dilakukan oleh penyelenggara pemilu mulai dari KPU, Bawaslu, DKPP hingga ke Mahkamah Konstitusi (MK).
Baca Juga: Pesan Ma'ruf Amin untuk Wapres Terpilih: Jangan Wapres Rasa Presiden, Itu Bisa Jadi Masalah
“KPU, Bawaslu, sama di DKPP termasuk akhirnya nanti MK harus memperlihatkan profesionalisme, kesungguhan bekerja untuk bangsa negara, dan netral. Netral itu bukan hanya dikatakan tapi ditunjukkan, diperlihatkan kata-kata, tindakan yang mengundang kecurigaan orang, jangan sampai terjadi,” ujar Jimly.
“Jadi looks independent, jadi independent and looks independent, jadi independent dan kelihatan atau bahasa lainnya kalau dalam kode etik Bangalore principles of judicial rieview condact untuk para hakim terutama harus memperlihatkan, must be netral imparsial independent and looks and a fair to be independent. Jadi harus diperlihatkan kepada publik walaupun masing-masing kita punya preferensi politik sendiri.”
Kedua, lanjut Jimly, para peserta baik pemilu legislatih maupun pemilu presiden juga harus menunjukkan sikap tidak saling serang.
“Pertama yang harus dicegah itu ya, black campaign, negatif campaign juga jelek, yang baik itu kita tonjolkan positif campaign untuk masing-masing. Jadi para pendukung harus memperlihatkan kehebatan kebaikan supaya yang dia dukung itu bisa dipercaya,” ungkap Jimly.
Baca Juga: Wapres Ma'ruf Amin Minta KPK Berbenah Diri Kembali Jadi Lembaga Kredibel
“Nah negatifnya orang lain nggak usah dipersoalkan, bukan urusan kita. Ini justru sekarang ini lebih banyak, bahkan black campaign, apalagi di medsos. Ada kejadian sedikit aja, padahal peristiwanya 5 tahun yang lalu.”
Penulis : Ninuk Cucu Suwanti Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV