Singgung Anggapan Jokowi Petugas Partai, Megawati: Itu adalah AD/ART, Saya Pun Petugas Partai
Politik | 1 Oktober 2023, 14:38 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri menyinggung tentang anggapan petugas partai yang pernah diucapkannya kepada Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Megawati mengaku heran saat dirinya dicap sombong setelah mengatakan bahwa Presiden Jokowi adalah petugas partai.
"Saya itu sampai bingung, lha kok saya bilang Pak Jokowi petugas partai, kader, lha kok saya diomongkan yang namanya katanya terlalu sombong," kata Megawati pada hari terakhir Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IV PDI-P di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Minggu (1/10/2023) siang.
Ia lantas menegaskan, dirinya juga petugas partai atau kader partai yang mendapatkan tugas dari Kongres Partai.
Selain itu, ia juga menyatakan bahwa hal tersebut tertuang dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tngga (AD/ART) partainya.
"Itu adalah AD/ART di partai kita, saya pun petugas partai lho, ditugasi oleh kongres partai untuk menjadi, dipilih oleh kalian, untuk bertanggung jawab sebagai ketua umum," jelasnya.
"Saya pun kader, ndak mungkin orang lain itu tiba-tiba bisa jadi ketua umum," imbuh Megawati, dipantau dari program Breaking News KompasTV.
Baca Juga: Mahasiswa UI Tanya soal Petugas Partai, Ganjar Tanya Balik: Kamu Ikuti Saya 10 Tahun Jadi Gubernur?
Presiden Kelima RI itu juga mengungkapkan, dirinya terpilih sebagai ketua umum karena didukung oleh para kader.
"Karena terus siapa yang mau milih kalau tiba-tiba orang luar yang dipilih, dan itu melanggar AD/ART," ujarnya.
"Nah bayangkan, kok kita tidak diberi kesempatan untuk menerangkan hal ini." terangnya.
Ia menilai adaya kontradiksi dari pemikiran pubik terkait makna petugas partai di tengah masyarakat.
"Ada yang mengatakan, presiden itu dipilih oleh rakyat, iya betul, tapi kalau tidak ada organisasi partai politiknya yang memberikan nama, itu kan sudah mekanismenya begitu, untuk dipilih," tegasnya.
"Sekarang ini calon ada 3, itu kan diberi nama oleh partai lain-lain," imbuhnya.
Baca Juga: Jokowi Diusulkan Geser Megawati Jadi Ketua Umum PDI-P, Sekjen: Kami Terima sebagai Masukan
Sebelumnya, Megawati menyebut dirinya mengatakan Jokowi sebagai petugas partai karena partainya yang mencalonkan pertama kali Presiden Jokowi untuk berlaga di Pilpres 2014.
Hal itu dikatakan Mega saat memberikan sambutan dalam peresmian Kebun Raya Mangrove di Surabaya, Jawa Timur pada Rabu (26/7) lalu.
"Orang itu jelas lho, kok saya yang di-bully. Tidak boleh menyebut kader petugas partai, saya bilang Pak Jokowi petugas partai hayo mau di-bully lagi, wong yang menyalonkan saya, yang lain ngikut,” kata Megawati.
Ia mengatakan, dalam undang-undang diatur kalau pasangan capres dan cawapres itu diusung oleh partai politik (parpol) atau gabungan parpol.
"Untuk apa ada partai dong? Yaudah kita satu arah, semua sama, enggak boleh kader, enggak boleh petugas. Jadi ada aturan, pemerintah Republik Indonesia mesti begini. Lha yang namanya perundangan Republik Indonesia, baca kalian, bahwa yang namanya Presiden itu diusung oleh satu partai, atau dan beberapa partai," sambungnya.
Menurut dia, setiap partai politik (parpol) itu memiliki otoritas masing-masing untuk menyebutkan istilah yang kadernya dicalonkan sebagai kepala daerah atau negara.
"Enggak boleh ngomong kader, enggak boleh ngomong petugas partai, saya bilang, bodo amat. Lho orang partai kita emangnya gitu, kok yang lain ikut mau nimbrung-nimbrung, intervensi, ya, enggak lah," tegasnya.
"Kalau kamu mau ikut kita, ya, ikut aja, kamu bilang ini kader. Nanti memangnya kalau bukan kader, orang juga selalu ngomong gini, katakan ke Pak Eri (Wali Kota Surabaya), apakah bisa dia jadi wali kota, kalau tidak didukung oleh partai?" kata Megawati.
Ia mengaku tak peduli dengan omongan sejumlah pihak yang kerap mencibir dirinya ketika menyebut kadernya yang bertugas di eksekutif atau legislatif sebagai petugas partai.
"Kenapa yang lain enggak bikin aja, calon presiden lain? Gitu kan fair (adil), kalau mau demokrasi, ini enggak. Nungguin saja gitu."
"Coba deh saya kepengen tahu, saya ngomong gini, entar koran-koran atau apa segala itu nge-bully atau enggak? Senang saya. Artinya apa? trap (perangkap) saya masuk," kata Megawati.
Penulis : Nadia Intan Fajarlie Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV