Awal Mula Perintah Panglima TNI "Piting" Warga yang Demo di Rempang, Kini Sudah Minta Maaf
Hukum | 19 September 2023, 15:37 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Penggalan video instruksi Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono yang meminta prajurit TNI memiting massa demo penolakan menolak proyek Rempang Eco City di Pulau Rempang, Batam viral di media sosial beberapa waktu lalu.
Banyak warganet bereaksi atas potongan video instruksi tersebut. Padahal instruksi piting massa demo itu dilakukan jika tindakan unjuk rasa berujung anarkis.
Adapun perintah Yudo soal piting massa demo itu dilontarkan saat sesi tanya jawab di acara pengarahan kepada Pangkotama di jajaran TNI, Selasa (12/9/2023) pekan lalu.
Kala itu Pangdam I/Bukit Barisan Mayjen TNI Mochammad Hasan meminta arahan dari Yudo Margono menganai penanganan aksi massa penolakan proyek Rempang Eco City di Pulau Rempang, Batam.
Pangdam Bukit Barisan juga meminta agar prajurit TNI yang membantu Polri mengamankan unjuk rasa dibekali perlengkapan pasukan huru hara, seperti tameng untuk mencegah prajurit TNI menjadi sasaran massa demo yang anarkis.
Baca Juga: Panglima TNI Yudo Margono Tegaskan Tak Ada Perintah Pengerahan Pasukan TNI ke Rempang
Mochammad Hasan meminta 500 perlengkapan huru-hara untuk prajurit TNI yang ditugaskan membantu Polri mengamankan demo di Pulau Rempang.
Yudo dalam arahannya meminta agar prajurit TNI yang ikut mengamankan demo di Pulau Rempang bisa manahan diri.
Namun Yudo menilai demo penolakan Rempang Eco City sudah mengarah anarkisme, sebab massa terus melempari kepolisian yang bertahan dengan tameng.
Yudo mengakui perlengkapan huru-hara bagi prajurit memang diperlukan melihat kecenderungan demo yang berujung anarkis.
Akan tetapi Yudo lagi-lagi meminta agar prajurit bisa menahan diri, sebab dikhawatirkan jika dilengkapi perlengkapan huru-hara pola pikir prajurit akan kembali ke jaman orde baru.
Baca Juga: Klarifikasi Mabes TNI soal Pernyataan Panglima yang Perintahkan Prajurit Piting Masyarakat Rempang
"Saya tidak memberikan itu (perlengkapan huru-hara) karena saya khawatir anak-anak ini mindset-nya berubah nanti, kembali lagi seperti orde baru. Ini kan tugas kepolisian ketika kepolisian tidak mampu baru TNI yang maju," ujar Yudo saat memberikan pengarahan.
Lebih lanjut Yudo menilai prajurit yang ikut mengawal demo sebenarnya tidak perlu dilengkapi dengan alat tameng dan pentungan.
Jika yang ditugaskan ada 1.000 prajurit, maka satu prajurit bisa mengadang satu orang massa yang bertindak anarkis.
"Umpamanya masyarakat 1.000, TNI-nya 1.000 ya kita keluarkan 1.000. Satu piting satu kan selesai. Enggak usah pakai alat dipiting saja satu-satu. Tahu dipiting, nah itu dipiting saja satu-satu," ujar Yudo.
"Saya khawatir kalau pakai alat nanti kita bertahan dilempari. Anak-anak berani maju, terus bertahan ya ngamuk juga nanti," sambung Yudo.
Baca Juga: Menteri Bahlil Sebut Hak-Hak Warga Rempang Harus Terpenuhi, tapi Investasi Tetap Jalan
Yudo juga mengingatkan Pangdam Bukit Barisan agar melatih prajurit TNI dalam penggunaan perlengkapan huru-hara.
Jangan sampai saat diberikan perlengkapan, prajurit yang ditugaskan malah bertindak arogan.
"Nanti dilatih sampai sejauh mana, karena saya yakin TNI dipukulin seperti itu mesti enggak tahan itu pasti. Mesti enggak diem dilempari, pasti ngamuk nanti. Kita ini prajurit kita kan gampang ngamuknya. Karena Polri mungkin sudah dilatih supaya diem nanti direkam sehingga yang mukul-mukul itu dikenakan tindak pidana," ujar Yudo.
Pusat Penerangan (Puspen) TNI sudah memberikan klarifikasi terkait pernyataan Panglima TNI Laksamana Yudo Margono yang videonya viral di media sosial dan mendapat perhatian dari netizen. tersebut.
Baca Juga: Jawaban Jokowi Ditanya Soal Perpanjangan Usia Pensiun Panglima TNI
Kapuspen TNI Laksamana Muda TNI Julius Widjojono menyatkan ada salah pemahaman dari masyarakat atas pernyataan Panglima Yudo tersebut.
Julius menjelaskan jika dilihat secara utuh dalam video tersebut, Panglima TNI sedang menjelaskan demo di Rempang sudah mengarah kepada tindakan anarkisme yang dapat membahayakan, baik aparat maupun masyarakat.
"Sehingga meminta agar masing-masing pihak untuk manahan diri," ujar Julius dalam keterangan tertulisnya, dikutip pada Senin (18/9/2023).
Terkait bahasa "memiting", Julius menjelaskan hal tersebut merupakan bahasa untuk prajurit dan arahan Panglima Yudo itu disampaikan di forum prajurit.
"Yang berarti setiap prajurit 'merangkul' satu masyarakat agar terhindar dari bentrokan. Kadang-kadang bahasa prajurit itu suka disalahartikan oleh masyarakat yang mungkin tidak terbiasa dengan gaya bicara prajurit," ujar Julius.
Julius memahami adanya kesalahan tafsir. Menurutnya Panglima Yudo sangat tidak berharap kebrutalan dilawan dengan kebrutalan.
Baca Juga: Cerita Panglima TNI Pernah Kecele Truk Marinir Dipakai buat Angkut Massa Kampanye
"Sudah cukup menjadi pembelajaran banyaknya korban di kedua belah pihak baik aparat atau masyarakat akibat konflik ini," ujar Julius.
Kini, Yudo Margono meminta maaf jika pernyataannya agar prajurit "piting" warga di Rempang, Batam, membuat masyarakat tersinggung.
"Tentunya pada kali ini saya mohon maaf, sekali lagi saya mohon maaf atas pernyataan kemarin yang mungkin masyarakat menilai salah 'dipiting'," kata Yudo saat ditemui awak media di Dermaga Batu Ampar, Batam, Kepulauan Riau, Selasa (19/9/2023).
Penulis : Johannes Mangihot Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV