> >

Sejarah Museum Nasional: Simpan Keris Diponegoro hingga Kitab Sutasoma Asal "Bhineka Tunggal Ika"

Humaniora | 18 September 2023, 15:56 WIB
Museum Nasional Indonesia berdiri dari sebuah himpunan yang bernama Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BG) Himpunan itu didirikan oleh Pemerintah Belanda pada tanggal 24 April 1778. (Sumber: Dok. Museum Nasional)

Koleksi lainnya yang juga ikonik adalah Kitab Sutasoma yang ditulis dalam Bahasa Jawa kuno oleh Mpu Tantular pada akhir abad ke-14, pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit.

Dalam kitab inilah tertulis semboyan bangsa Indonesia, Bhineka Tunggal Ika. 

"Kitab ini menggambarkan toleransi beragama yang sudah lama terjalin di Kerajaan Majapahit. Semangat toleransi ini kemudian dijadikan semboyan bangsa Indonesia," begitu bunyi kutipan di laman resmi Museum Nasional.

"Semboyan Bhinneka Tunggal Ika merupakan pernyataan sikap untuk hidup berdampingan dalam perbedaan dan menjadikan perbedaan sebagai nada-nada untuk menghasilkan harmonisasi dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia," imbuh keterangan tersebut. 

Kakawin Sutasoma merupakan kitab yang dikutip oleh pendiri bangsa Indonesia dalam merumuskan semboyan Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu “Bhinneka Tunggal Ika”.

Baca Juga: Polisi Akui Kesulitan Identifikasi Benda Bersejarah di Museum Nasional Usai Kebakaran

Kutipan frase “Bhinneka Tunggal Ika” terdapat pada pupuh 139 bait 5, yang petikannya sebagai berikut: 

“Rwaneka dhatu winuwus Buddha Wiswa Bhinneki rakwa ring apan kena parwanosen, Mangka ng Jinatwa kalawan Siwatatwa tunggal, Bhinneka tunggal ika tan hana dharma mangrwa”. 

Artinya adalah “Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda. Mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali? Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal. Terpecah belahlah itu, tetapi satu jugalah itu. Tidak ada kerancuan dalam kebenaran,". 

Hingga saat ini Museum nasional menyimpan 190.000-an benda-benda bernilai sejarah yang terdiri dari 7 jenis koleksi yakni Prasejarah, Arkeologi masa Klasik atau Hindu – Budha; Numismatik dan Heraldik; Keramik; Etnografi, Geografi dan Sejarah.

Berdasarkan informasi dari laman Kemendikbudristek, koleksi prasejarah adalah koleksi yang berupa benda peninggalan sebelum manusia mengenal tulisan.

Benda peninggalan pada masa itu berupa tulang belulang manusia yang telah menjadi fosil, dan berbagai hasil budaya mereka seperti gerabah, kapak batu, peralatan yang terbuat dari tulang, tanduk, kulit kerang dan lain-lain. 

Pada masa prasejarah telah pula dikenal kepandaian membuat peralatan dari bahan perunggu, seperti patung manusia, binatang, kapak upacara, bejana upacara dan nekara. 

Baca Juga: Begini Tanggapan Mendikbud Nadiem Makarim Terkait Kebakaran Museum Nasional

Kemudian, koleksi arkeologi merupakan peninggalan benda budaya yang dipengaruhi oleh unsur kebudayaan Hindu-Budha.

Koleksi arkeologi Museum Nasional sebagian besar berasal dari masa Indonesia kuno, Indonesia Hindu atau lebih populer dengan sebutan masa Indonesia Klasik.

Benda temuan dari koleksi arkeologi di Museum Nasional sebagian besar berasal dari Jawa Timur dan Jawa Tengah, seperti Wonoboyo.

Temuan yang cukup sempurna yang berasal dari Wonoboyo diperkirakan berasal dari abad 5 Masehi - 15 Masehi.

Koleksi Arkeologi Museum Nasional meliputi: arca dewa Hindu, arca Budha, arca perwujudan, arca binatang, ornamen, benda perhiasan, peralatan upacara, peralatan mata pencaharian hidup, bagian bangunan, alat musik, mata uang, prasasti, dan lain - lain.

Peninggalan tersebut terbuat dari bahan emas, perak, perunggu, batu, dan tanah liat yang dibakar. 

Selanjutnya, koleksi Numismatik adalah mata uang atau alat tukar (token) yang pernah beredar dan digunakan oleh masyarakat.

Baca Juga: Ganjar Pranowo Singgung Konflik Rempang di Kuliah UI, Jelaskan soal Konflik Agraria Tanah Adat

Koleksi numismatik Museum Nasional berasal dari masa Indonesia Kuno, masa pemerintahan penjajahan Belanda, Inggris, Jepang, dan masa kemerdekaan hingga saat ini.

Di samping itu, Museum Nasional juga memiliki koleksi numismatik yang berasal dari negara-negara di benua Eropa, Afrika, Amerika, Australia dan Asia.

Sedangkan koleksi Heraldik adalah tanda jasa atau lambang, seperti lambang provinsi, penning, azimat dan cap.

Koleksi nurnismatik Museum Nasional pada umumnya berasal dari masa peninggalan pemerintah penjajahan Belanda hingga masa kini.

Juga terdapat koleksi heraldik yang berasal dari benua Eropa, Afrika, Amerika, Australia dan Asia.

Koleksi numismatik dan heraldik Museum Nasional ada yang berusia lima abad sebelum Masehi hingga abad ke 20. 

Selanjutnya, koleksi relik sejarah adalah benda peninggalan yang mempunyai nilai sejarah.

Koleksi relik sejarah Museum Nasional pada umumnya berasal dari masa peninggalan bangsa Eropa di Indonesia, sekitar abad ke 16 hingga abad ke 19. 

Seperti bangsa Portugis, Belanda, Inggeris, Cina, dan Indonesia.

Koleksi relik sejarah Museum Nasional berupa prasasti, perabotan rumah tangga, lampu, gerabah, meriam, keramik, dan lain-lain.

Baca Juga: Wapres di China: Dari Dulu Sudah Ada Perintah "Carilah Ilmu Walau Sampai ke China"

Berikutnya ada koleksi geografi yang berkenaan dengan sejarah alam dan lingkungan, baik berupa fosil, batuan, flora-fauna, perala tan geografi dan sebagainya, dapat dimasukkan kedalam kelompok koleksi geografi.

Koleksi geografi Museum Nasional pada saat ini terdiri dari berbagai jenis peta.

Antara lain peta tentang aneka budaya bangsa Indonesia, peta kuno tentang dunia sekitar abad ke 16 - 19 Masehi, peta Indonesia abad ke 16 Masehi, peta perkembangan kota Batavia abad ke 16 - 17 Masehi, peta kota Banten lama tahun 1670 serta daerah lainnya. 

Di Museum Nasional juga banyak koleksi keramik yang berasal dari Cina, Vietnam, Jepang, Thailand, Eropa, dan Persia.

Koleksi tersebut antara lain berupa piring, mangkuk, borol, buli-buli, kendi guci, tempayan, cepuk, pedupaan, ceret, patung binatang dan manusia, dan bangku taman. 

Keramik Cina yang dimiliki Museum Nasional ada yang dibuat pada masa dinasti Han (200 tahun Sebelum Masehi) dinasti Ming (abad ke17) dan dinasti Qing (abad ke1 9). 

Koleksi keramik tersebut ditemukan di Indonesia, hal ini menunjukkan bahwa pada masa itu bangsa Indonesia telah mengadakan hubungan dengan bangsa lain. 

Museum Nasional juga menyimpan lukisan para pelukis tradisional Bali dan pelukis dari masa perintisan seni rupa modern Indonesia, di antaranya karya : Raden Saleh, Affandi, Basuki Abdullah, Trubus, Nashar, Hendra Gunawan, Ida Bagus Made dan I.G. Ketut Kobot.

Disamping itu Museum Nasional juga memiliki koleksi lukisan asing karya pelukis Perancis dan pelukis asing lainnya yang terkenal, di antaranya karya Kandinsky, Vassarely, Hartung, Pignon, Soul Ages, Schneider dan Zao Wou Ki.

Penulis : Dina Karina Editor : Deni-Muliya

Sumber :


TERBARU