> >

PKB soal Elektabilitas Anies-Cak Imin dalam Survei SMRC: Aneh, Dibandingkan dengan yang Jomblo

Rumah pemilu | 15 September 2023, 11:25 WIB
Bakal capres, Anies Baswedan, berbicara setelah menggelar pertemuan dengan Ketua Umum PKB yang juga bakal cawapresnya, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, di kantor DPP PKB, Jakarta, Senin (11/9/2023). (Sumber: Tangkapan layar tayangan Breaking News KOMPAS TV)

Selama ini, kata dia, pihaknya belum pernah membuat simulasi Anies berpasangan dengan Cak Imin. Karena itu, lanjutnya, tidak bisa dibandingkan apakah sentimen pemilih ketika survei dilakukan itu positif atau negatif terhadap deklarasi Anies-Muhaimin. 

Namun dalam survei individual, saat berhadapan dengan Ganjar dan Prabowo, elektabilitas mantan gubernur DKI Jakarta itu sekitar 20 persen. 

"Artinya, ketika Anies berpasangan dengan Cak Imin, data ini menunjukkan suara Anies belum mengalami kenaikan," katanya.  

Oleh sebab itu, menurut dia, jika suara Anies-Muhaimin sekarang sekitar 16 persen, itu mencerminkan kekuatan dua partai yang mendukungnya.

"Bisa PKB dengan NasDem atau NasDem dengan PKS. Angka dukungan sekitar 16 persen logis karena kemungkinan mencerminkan dua kekuatan politik."

Menurut Saiful, hal itu menunjukkan Anies kurang memiliki pemilih independen karena pendukungnya hanya berasal dari partai-partai yang mengusungnya. 

Padahal, kata dia, partai-partai memberi dukungan karena berharap mendapatkan efek ekor jas dari Anies. 

Namun, jika dilihat dari data sementara tersebut, Anies belum memberikan efek ekor jas karena suara pendukungnya masih merupakan suara partai.

“Kalau menurun, saya tidak bisa bilang begitu. Tapi setidak-tidaknya (data ini menunjukkan) tidak meningkat. Ini reaksi publik beberapa hari setelah deklarasi Anies-Muhaimin." 

"Harapan bahwa suara pasangan ini akan meningkat pasca deklarasi belum terjadi. Kalau kita berpikir positif, mungkin karena mesin politiknya belum panas dan pemilih butuh waktu untuk antri masuk ke kotak Anies-Muhaimin,” kata Saiful. 

Target populasi survei ini adalah warga negara Indonesia yang berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah dan memiliki telepon atau ponsel, sekitar 80 persen dari total populasi nasional. 

Pemilih yang punya ponsel dinilai sebagai pemilih kritis karena mereka memiliki akses yang lebih besar terhadap informasi sosial-politik dibanding yang tidak punya.

Pemilihan sampel dilakukan melalui metode random digit dialing (RDD). RDD adalah teknik memilih sampel melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak. 

Baca Juga: Mengapa Nasdem Memilih Cak Imin Jadi Bacawapres dari Anies? | Dua Arah

Dengan teknik RDD sampel sebanyak 1.212 responden dipilih melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak, validasi, dan screening

Margin of error survei diperkirakan ±2.9% pada tingkat kepercayaan 95%, asumsi simple random sampling. Wawancara dengan responden dilakukan lewat telepon oleh pewawancara yang dilatih. Survei dilakukan pada 5-8 September 2023.

Penulis : Fadel Prayoga Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV


TERBARU