> >

Bicara Etika Politik, AHY Singgung Pandangan Soekarno dan Mahatma Gandhi

Rumah pemilu | 4 September 2023, 18:20 WIB
Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) memberikan keterangan pers usai memimpin rapat pleno pengurus Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat di Kantor DPP Partai Demokrat, Jalan Proklamasi, Jakarta, Senin (4/9/2023). (Sumber: Tangkapan layar KOMPAS TV)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY menyinggung etika politik yang menjadi rujukan Presiden Pertama RI Soekarno saat memberikan pernyataan usai memimpin rapat pleno pengurus Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat di kantor DPP Partai Demokrat di Jalan Proklamasi, Jakarta, Senin (4/9/2023).

AHY menceritakan pengalamannya saat menjadi anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang selalu diajarkan untuk memegang teguh etika.

"Pengalaman TNI mengajarkan kepada kami untuk senantiasa memegang teguh nilai dan etika keperwiraan," katanya.

"Hal ini adalah modal utama bagi seorang prajurit dalam mengemban tugas apapun," imbuhnya.

Ia mengatakan, meski dalam kondisi perang, setiap prajurit TNI tetap wajib mematuhi etika dan aturan. Menurut dia, hal itu juga berlaku dalam bidang politik.

"Dalam kondisi perang saja, kami diwajibkan ketika itu untuk mematuhi etika dan aturan, sehingga perang bukan hanya soal kill or to be killed, bukan hanya seolah hanya tentang menang atau kalah, tetapi juga soal cara untuk bisa memenangkan peperangan tersebut," tegasnya.

Baca Juga: Ajak Kader Demokrat Move On, AHY: Semoga Kita Bisa Memaafkan, Walaupun Tidak Begitu Saja Melupakan

"Begitu juga dalam berpolitik, saya rasa semua rakyat Indonesia yang kita perjuangkan ini sepakat untuk berpolitik secara beretika. Artinya, kita mendambakan praktik-praktik yang baik, yang tidak menghalalkan segala cara," imbuhnya.

Partai Demokrat, menurut AHY, tidak ingin menghalalkan segala cara demi kemenangan. 

"Cara tidak boleh menikam tujuan. Cara juga harus dijiwai oleh tujuan, begitu juga sebaliknya," tegasnya.

Putra sulung Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu pun menegaskan, pemikiran tersebut merupakan gagasan Mahatma Gandhi yang menjadi rujukan pemikiran Presiden Pertama RI Soekarno.

"Ini adalah pandangan pemimpin besar Mahatma Gandhi yang juga menjadi rujukan utama dari pikiran-pikiran Presiden Soekarno," ujarnya.

"Sejak awal kami memiliki harapan besar, terhadap hadirnya sebuah perubahan dan perbaikan, bukan perubahan biasa tetapi perubahan besar dan fundamental yang berlandaskan pada nilai-nilai dan etika," terangnya.

Harapan tersebut, menurut AHY, membutuhkan kerja keras, kerja sama, serta komitmen dari berbagai pihak.

"Namun kenyataannya hal itu tidak mudah untuk diwujudkan, komitmen menjadi barang yang langka. Kata maaf dijadikan obat yang murah untuk pengingkaran atas sebuah komitmen," tuturnya.

Ia menegaskan, hal itu perlu dicegah agar tidak menjadi kebiasaan yang membentuk karakter bangsa.

"Ini tentu berbahaya jika dibiarkan bisa menjadi budaya, menjadi sebuah pembenaran, dan lambat laun bisa membentuk karakter bangsa yang tidak bertanggung jawab," urainya.

Ia pun menegaskan partainya tak bisa dipaksa untuk setuju dengan keputusan sepihak yang tidak melibatkan partisipasi.

"Lebih baik bersepakat untuk tidak sepakat, agree to disagree," tegasnya.

Baca Juga: AHY Ucapkan Selamat kepada Anies Baswedan-Cak Imin: Semoga Sukses

Ia lantas mengajak seluruh kader partainya untuk move on atau melanjutkan perjalanan politik dengan memaafkan pihak yang dinilai telah menyakiti mereka.

"Mari kita songsong perjalanan politik yang baru dengan hati yang bersih, cara yang baik, dan tujuan yang baik," ucapnya.

"Pertama-tama, tentu dengan memberi maaf kepada siapa pun yang telah menyakiti kita, baik secara langsung maupun tidak langsung. Semoga kita semua bisa memaafkan, walaupun tidak begitu saja melupakan."

Kemudian, ia juga mengajak para kader Partai Demokrat untuk membuka lebaran baru dengan menyongsong segala peluang politik di masa yang akan datang.

"Kita harus segera move on, hari ini kami keluarga besar Demokrat dengan berbesar hati, dengan kerendahan hati menyatakan move on dan siap menyongsong peluang-peluang baik di depan," jelasnya.

Ia lantas mengungkapkan alasannya mengajak para kader untuk melanjutkan perjalanan politik atau move on dari dinamika politik yang terjadi belakangan ini.

"Mengapa? Karena pada akhirnya negara ini adalah negara yang besar, memerlukan pemikiran yang besar, jiwa yang besar, dan tindakan-tindakan yang besar," terangnya.

"Jangan terjebak pada narasi dan isu yang bisa memecah belah sesama anak bangsa," ujarnya.

Menurut AHY, pihaknya bisa saja akan bertemu kembali dengan partai-partai yang pernah menjadi mitra koalisi mereka.

"Kita tidak tahu, dalam perjalanannya ke depan, kita mungkin akan bertemu kembali dan menjalin kerja sama untuk agenda-agenda besar kebangsaan," terangnya.

"Untuk itu, saya mengucapkan selamat kepada Bapak Anies Rasyid Baswedan dan Bapak Muhaimin Iskandar yang baru saja mendeklarasikan sebagai pasangan calon presiden dan calon wakil presiden 2024 ke depan," ucap AHY.

"Semoga sukses," imbuhnya di depan awak media dalam konferensi pers.

Sebagaimana telah diberitakan sebelumnya, Partai Demokrat resmi menarik dukungan untuk bacapres Anies Baswedan pada Jumat (1/9/2023).

Sehari setelahnya, Sabtu (2/9/2023), Anies secara resmi dideklarasikan berpasangan dengan Ketum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, oleh Partai NasDem, dan PKB.

Padahal, PKB sebelumnya merupakan bagian dari Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) yang kini berubah nama menjadi Koalisi Indonesia Maju yang mengusung Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai bacapres.

 

Penulis : Nadia Intan Fajarlie Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV


TERBARU