> >

Hujan Buatan Guyur Jabodetabek, Menilik Kembali Keinginan Luhut soal Lembaga Khusus Modifikasi Cuaca

Humaniora | 28 Agustus 2023, 22:05 WIB
Seorang pejalan kaki menggunakan payung ketika hujan mengguyur Kota Surabaya, Rabu (11/01/2023). (Sumber: Antara Jatim/Rifai)

Baca Juga: Seluk Beluk Hujan Buatan, Ini Penjelasan Ilmiahnya

Menurut Tri Handoko, TMC bisa dimanfaatkan secara berkesinambungan. Semisal untuk membuat hujan buatan, mengairi waduk sebelum musim kemarau tiba, mengantisipasi kekeringan hingga irigasi pertanian.

Mendengar seluruh pemaparan dan diskusi membuat Luhut sadar pentingnya lembaga yang secara khusus mengembangkan TMC untuk kepentingan bangsa.

Apalagi jika melihat mata anggaran di beberapa kegiatan pemerintah, Luhut menilai tim khusus TMC mendapat porsi anggaran yang paling kecil, padahal peranannya sangat penting. 

"Saya sampai pada satu kesimpulan bahwa sains dan teknologi sebesar ini perlu lembaga khusus yang menaungi teknologi modifikasi cuaca. Karena saya dengar dari pemaparan beliau (Tri Handoko, red), negara lain seperti Thailand punya lembaga khusus TMC dengan pertangungjawaban kepada Raja," ujar Luhut dalam unggahan lewat akun Instagram pribadinya, Kamis (24/11/2022).

"Sebagai manusia, tugas kita hanya bekerja, hasilnya bukan kuasa kita. Semoga ke depan, bangsa Indonesia bisa semakin menguasai teknologi ini," sambungnya.

Baca Juga: KTT ASEAN 2023: BMKG hingga Mba Rara Dilibatkan Untuk Modifikasi Cuaca Labuan Bajo Tetap Cerah

Hujan buatan untuk kurangi polusi

Efektivitas hujan buatan hasil TMC dalam mengurangi polusi udara masih menjadi perdebatan. Data menunjukkan hujan buatan berhasil membersihkan udara sejenak, namun polusi udara di Jakarta cenderung kembali meningkat di pagi harinya.

Data dari situs IQAir, polusi udara Jakarta pada Minggu sore baru turun pada pukul 18.00 WIB hingga 22.00 WIB. Itu pun baru masuk kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif.

Indeks kualitas udara Jakarta pada rentang waktu tersebut berada di angka 149-131 dengan titik paling rendah pada pukul 20.00 WIB di angka 112.

Setelah lewat pukul 22.00 WIB Minggu malam, kualitas udara Jakarta dan sekitarnya kembali masuk dalam kategori tidak sehat.

Baca Juga: Rahasia Rambut Kuat dan Sehat di Cuaca Panas: 9 Panduan Lengkap dari Ahli Kulit

Masih dari data situs IQAir, pada 28 Agustus 2023 pukul 07.00 hingga 11.00 WIB, polusi udara Jakarta masih masuk dalam kategori tidak sehat, bahkan terburuk kedua di dunia yang mencapai angka 163 US Air Quality Index (AQI US). 

Hal ini masih menjadikan posisi Jakarta sebagai kota dengan kualitas udara terburuk kedua di dunia. Ahli menyebut, hujan buatan di Jakarta bukan respons solutif, tetapi reaktif.

Dalam hal ini, situs IQAir juga merekomendasikan masyarakat mengenakan masker, menghidupkan penyaring udara, menutup jendela, dan menghindari aktivitas luar ruangan. Rekomendasi cara melindungi diri itu agar masyarakat dapat terhindar dari udara luar yang kotor.

 

 

Penulis : Johannes Mangihot Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV


TERBARU