IDAI: Vaksin Rotavirus yang Cegah Diare harus Diberikan ke Bayi saat Perut Kosong
Humaniora | 15 Agustus 2023, 11:25 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Pihak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengimbau para orangtua agar bayi mereka mendapatkan imunisasi Rotavirus tidak dalam keadaan perut kenyang.
Pasalnya, bayi bisa muntah jika mendapatkan imunisasi dalan kondisi perut penuh.
Ketua Umum IDAI, Piprim Basarah Yanuarso mengatakan, sebaiknya pemberian vaksin itu kepada bayi dalam keadaan kosong atau satu-dua jam usai diberi air susu ibu (ASI).
"Perut bayi dalam kondisi kenyang berpotensi muntah saat diberi imunisasi Rotavirus," kata Piprim, seperti dikutip dari Antara, Senin (14/8/2023).
Tapi, Piprim mengatakan, meski bayi muntah pemberian vaksin tidak perlu diulang karena sudah menempel di mukosa (selaput lendir).
Baca Juga: Mengenal Rotavirus Penyebab Diare pada Bayi dan Anak, Simak Gejalanya
"Kemudian, ASI baru diberikan sekitar 10-15 menit setelah bayi diimunisasi," ujarnya.
Ia menyampaikan, vaksin Rotavirus diperlukan agar bayi berusia dua bulan, tiga bulan dan empat bulan dapat mencegah terjadinya diare akut yang dapat mengakibatkan kematian.
"Perlunya proteksi dini bagi bayi agar tidak terkena diare akut yang disebabkan virus rotavirus," ucapnya.
Berdasarkan penelitian WHO Tahun 2020, penyebab terbesar diare pada bayi adalah rotavirus.
Rotavirus ini menyebabkan bayi mengalami dehidrasi berat yang sulit ditanggulangi bila tidak dibawa ke rumah sakit.
Pencegahan rotavirus itu selain vaksinasi juga adalah kebersihan (air minum yang bersih), perilaku hidup bersih sehat (PHBS), ASI, nutrisi yang kuat, dan bergizi tinggi (menghindari junk food).
Baca Juga: Cegah Wabah Diare, Kemenkes Adakan Imunisasi Rotavirus Gratis untuk Seluruh Bayi di Indonesia
"Ini merupakan rekomendasi berbagai organisasi global. Di Indonesia bisa didapatkan gratis di puskesmas mulai besok. Sehingga diharapkan dapat dimanfaatkan baik oleh seluruh masyarakat," tuturnya.
Gejala infeksi rotavirus bisa disebabkan asimtomatik dan dehidrasi berat. Dehidrasi berat dapat terjadi kepada bayi berusia 6-24 bulan.
Biasanya untuk pertolongan pertama, bayi diberikan cairan oralit sebagai pengganti cairan tubuh.
"Makanya vaksinasinya digenjot pada usia awal agar tak terjadi dehidrasi berat pada pasien yang lebih besar. Pola infeksinya, demam, muntah, keluarkan cairan, dan nyeri perut," kata Piprim.
"Namun, dalam kasus rotavirus ini tidak bisa diberikan cairan oralit karena akan dimuntahkan. Biasanya diberikan infus," imbuhnya.
Baca Juga: Sandiaga Uno Ungkap Jokowi Batuk-Batuk Hampir 4 Minggu, Kata Dokter Faktor Udara Tak Sehat
Kemudian, diberikan zinc, pemberian ASI dan pemberian antibiotik (untuk kasus yang disebabkan karena bakteri).
"Pemberian antibiotik yang tanpa indikasi, banyak sekali diberikan terhadap kasus diare. Kita harus tahu bahwa kasus diare pada anak sebagian besarnya karena virus, sehingga tidak butuh antibiotik. Jadi, hati-hati untuk pemberian antibiotik pada kasus diare," terangnya.
Sebelumnya, Juru Bicara Kementerian Kesehatan, Muhammad Syahril menyatakan, pemberian imunisasi RV akan dilaksanakan secara Nasional mulai 15 Agustus 2023.
“Sasaran pemberian imunisasi RV dimulai paling cepat pada anak usia 2 bulan (atau bayi yang dilahirkan pada tanggal 16 Mei) yang akan diberikan sebanyak 3 dosis dengan jarak 4 minggu antar dosis, dan imunisasi RV dosis terakhir diberikan pada bayi usia 6 bulan 29 hari," jelasnya.
Pada tahun 2022, pemberian imunisasi RV di Indonesia dilaksanakan secara bertahap di 21 kab/kota di 18 Provinsi dengan sasaran 196.876 bayi.
Baca Juga: Tahun Depan Vaksin Covid Tak Lagi Gratis, Ini Kisaran Harga dan Lokasi Mendapatkannya
“Ada dua pertimbangan pada saat itu yaitu angka morbiditas dan mortalitas diare yang tinggi pada balita serta kesiapan sumber daya daerah dalam pelaksanaan imunisasi," tuturnya.
Diare hingga saat ini masih menjadi salah satu penyebab kesakitan dan kematian tertinggi pada bayi.
Data dari Indonesian Rotavirus Surveillance Network (IRSN) (Soenarto et al, 2017) sekitar 45 persen kasus rawat inap pada balita disebabkan oleh diare cair akut yang disebabkan Rotavirus.
Bahkan sekitar 9,8 persen kematian pada bayi dibawah 12 bulan dan 4,55 kematian pada balita usia 12-59 bulan di Indonesia disebabkan oleh diare.
Adapun seluruh kebutuhan vaksin dibebankan pada APBN, sedangkan biaya operasional dibebankan pada APBN, APBD dan sumber lainnya yang tidak mengikat.
Penulis : Dina Karina Editor : Deni-Muliya
Sumber :