> >

Soal Kebijakan Lepas Masker, Epidemiolog: Ancaman yang Masih Ada Harus Dijelaskan ke Publik

Humaniora | 12 Juni 2023, 06:30 WIB
Ilustrasi perempuan mengenakan masker di tempat umum. (Sumber: Freepik)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Epidemiolog dari Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman menyebut pemerintah harus memberi penjelasan lebih lanjut terkait kebijakan melepas masker. 

Satgas Covid-19 menerbitkan protokol kesehatan (prokes) terbaru soal perjalanan dalam dan luar negeri pada masa transisi endemi Covid-19, Jumat (9/6/2023) kemarin. 

Surat Edaran (SE) Nomor 1 Tahun 2023 itu secara umum mengatur terkait prokes untuk masyarakat yang hendak melakukan perjalanan dalam dan luar negeri, pelaku kegiatan berskala besar, dan kegiatan di fasilitas publik. 

Salah satu prokes terbaru adalah masyarakat tidak wajib memakai masker lagi.

Baca Juga: Simak! Aturan Terbaru Perjalanan Dalam dan Luar Negeri dari Satgas Covid-19, Tak Wajib Pakai Masker

Dicky Budiman mengatakan bahwa masyarakat juga perlu diberikan pengertian tentang ancaman yang masih ada jika melapas masker. 

"Kebijakan lepas masker, saat ini memang dimungkinkan, karena situasi yang jauh lebih baik, dengan modal imunitas yang lebih baik," kata Dicky Budiman dari keterangan video yang diterima KompasTV, Minggu (11/6).

"Namun, antara boleh melepas masker dengan kondisi atau ancaman yang masih ada, harus dijelaskan kepada publik. Ini dua hal yang agak tricky, kalau boleh itu artinya bicara reputasi dan didukung dengan data."

Menurutnya, banyak masyarakat yang sudah menerima vaksinasi booster, tetapi tetap terinfeksi subvarian Covid-19 yang dinilai Dicky semakin efektif menembus imunitas.

Baca Juga: Akhirnya, Pemerintah Perbolehkan Masyarakat Lepas Masker!

Terlebih, Dicky menyebut banyak orang yang sudah beberapa kali terinveksi Covid dan menunjukkan penurunan kesehatan.

"Tetapi, di sisi lain, data menunjukkan, meski sudah divaksinasi booster, bisa terinfeksi subvarian anak keturunan Omicron ini yang semakin efektif menembus imunitas," lanjut Dicky.

"Dan di sisi lain, orang yang berkali-kali terinfeksi Covid, itu berpotensi menurun kualitas kesehatannya yang disebut long Covid ataupun ada dampak fatal lain, kasus stroke yang meningkat, serangan jantung, dan pembekuan organ paru atau dampak lain-lain."

Adapun, Dicky meminta pemerintah untuk lebih memberikan komunikasi risiko pelepasan masker kepada masyarakat, secara lebih jelas. 

Tujuannya agar terbangunnya kesadaran dan kewaspadaan masyarakat dalam melepas masker. 

Baca Juga: Kemenkes Sebut Masih Punya 4 Juta Dosis Vaksin Covid-19 Gratis untuk Masyarakat

Secara tersirat, Dicky juga memaparkan bahwa tidak ada salahnya terus menggunakan masker. Selain murah, masker merupakan alat yang preventif yang efektif dalam menangkal virus-virus di udara.

"Ini yang tentu yang harus disampaikan kepada publik dengan komunikasi risiko yang efektif. Sehingga masyarakat terbangun kewaspadaan atau kesadaran untuk bisa mengukur, kapan bisa melepas masker," papar Dicky menambahkan. 

Baca Juga: Prokes Boleh Tak Pakai Masker, Satgas Covid-19 Anjurkan Masyarakat Tetap Pakai Aplikasi SATUSEHAT

"Di sisi lain, kesempatan ini untuk membangun momentum, masker itu adalah alat yang murah dan efektif untuk segala macam ancaman di udara. Ini yang sebetulnya masih belum optimal dalam konteks, kita mengambil hikmah dari masa pandemi ini untuk menghadapi ancaman berikutnya yang masih ada, bahkan sudah di depan mata."

"Jadi jangan sampai ini ditanggapi secara berlebihan dengan menanggalkan esensi yang harus kita garap tadi. Terutama ini PR pemerintah, baik pusat maupun daerah," tandasnya. 

 

Penulis : Gilang Romadhan Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU