Sosiolog Politik UGM: Pemilu Kita Terjebak Rutinitas, Elite Politik Harus Keluar dari Zona Nyaman
Rumah pemilu | 28 Mei 2023, 18:22 WIBYOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Sosiolog politik Universitas Gadjah Mada (UGM) Arie Sujito menyebut pemilu di Indonesia terjebak pada rutinitas karena stakeholder terkait, baik Komisi Pemilihan Umum (KPU) maupun partai politik, tak menguatkan kualitas pemilu.
Arie mengkritisi KPU sebagai penyelenggara pemilu yang dinilainya hanya terjebak pada hal teknis dan prosedural daripada menguatkan kualitas pemilu.
Menurut dia, KPU perlu mengedukasi para calon pemilih muda, mengedukasi larangan politik uang, serta mencegah terjadinya kampanye politik identitas.
“Jika pemilu terus begini, yang terjadi hanya pergantian formasi, pergantian orang dan rutinitas. Pemilu kita terjebak pada rutinitas, terjebak pada teknokrasi,” kata Arie dalam Diskusi Pojok Bulaksumur bertajuk Pemilu 2024: Antara Penegakan Hukum dan Keberpihakan Ekonomi, Jumat (26/5/2023), di selasar timur Gedung Pusat UGM, Yogyakarta.
Baca Juga: Kabareskrim Perintahkan Jajarannya Siapkan Strategi Cegah Narkopolitik Jelang Pemilu
Ia juga mengkritik partai politik yang tak menguatkan peran melahirkan calon pemimpin berkualitas, melainkan berebut mencari aktor politik dari kalangan pengusaha atau mantan tentara yang berasal dari luar partainya.
“Seharusnya di era reformasi, peran partai itu menguat dalam melahirkan calon pemimpin bangsa," ujarnya, dilansir laman UGM.
Ia pun mendorong agar para elite politik di Indonesia mau keluar dari zona nyaman rutinitas pemilu.
"Elite politik kita harus keluar dari zona nyaman dari rutinitas pemilu ini,” tegasnya.
Penyelenggaraan Pemilu 2024, menurut Arie, seharusnya bisa lebih baik daripada pemilu pada tahun-tahun sebelumnya.
Baca Juga: Surya Paloh Temui Luhut, Pakar Komunikasi Politik: Kerenggangan Hubungan dengan Jokowi Kian Nyata
Ia mengamati depolitisasi justru semakin menguat di kalangan partai politik dalam beberapa tahun belakangan.
“Depolitisasi melahirkan pemilu jadi agenda rutinitas. Mari kita kembalikan pertarungan antarpartai itu bukan lagi konspirasi membentuk blok politik tapi bertarung ide dan gagasan,” tutur Arie.
Ia pun mengatakan, setiap kali penyelenggaraan pemilu, idealnya terdapat terobosan baru yang muncul, misalnya menguatkan diskusi dan kontestasi politik atau adu gagasan para calon, bukan malah memunculkan politik uang, depolitisasi, oligarki politik dan politik identitas.
Penulis : Nadia Intan Fajarlie Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Kompas TV/ugm.ac.id