Cerita Ayah Korban Perdagangan Manusia, Nekat Berangkat ke Myanmar karena Kondisi Sosial Ekonomi
Humaniora | 5 Mei 2023, 05:45 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Sebanyak 20 warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) mengalami penyiksaan di Myanmar.
Upaya pembebasan terkendala lantaran para TKI tersebut disekap di Myawaddy, wilayah yang disebut dikuasai pemberontak di Myanmar.
Salah satu TKI korban penyekakapan di Myanmar yakni Noviana Indah.
Ayah Indah, Djoko Suprijanto berharap putrinya bersama TKI lain bisa kembali ke Indonesia. Sedari awal dirinya memiliki firasat buruk terkait proses perekrutan tenaga kerja yang akan dikirim ke luar negeri.
Baca Juga: Ibu Korban TPPO di Myanmar: Anak Saya Bikin Paspor Hanya Beberapa Jam, Proses Penyelundupan Cepat
Sebab proses administrasi untuk putrinya bisa bekerja di luar negeri sangat singkat. Menurut Djoko proses tersebut hanya dilakukan selama satu minggu.
"Persyaratannya diurus relatif sangat singkat, saya berkesimpulan hati-hati ini ilegal. Begitu saya tanya agennya siapa dia tidak sebutkan," ujar Djoko di program Rosi KOMPAS TV "Penyekapan TKI di Myanmar", Kamis (4/5/2023).
Djoko menjelaskan putrinya tidak terlalu terbuka terkait pekerjaan yang lamaran. Dirinya hanya diberi tahu pengurusan paspor dan izin kerja di luar negeri sudah diurus oleh agen perjalanan.
Indah juga bersikeras akan ada agensi yang mengurus izin tinggal dan menjaganya saat bekerja di luar negeri.
Baca Juga: Presiden Jokowi Update Nasib 20 WNI di Myanmar: Kita Usaha Untuk Evakuasi Mereka!
Menurut Djoko, putrinya mengaku akan bekerja di Thailand, namun belakangan setelah video 20 TKI disekap beredar, tampak ada wajah putrinya yang ikut menjadi korban perdagangan manusia ke Myanmar.
Bahkan sebelum jelang keberangkatan Indah, Djoko tetap memperdebatkan mengenai keselamatan pekerjaan sang putri di luar negeri.
Perdebatan itu tak lain mengenai persyaratan dan administrasi yang menurut Djoko ilegal dan tidak menjamin keselamatan putrinya.
"Pekerjaannya customer service marketing online di Thailand. Saya tanya visa kerjanya bagaimana, dia bilang visa pelancong pesiar. Visit stay (izin tinggal) bagaimana, ada yang jaga nanti. Wah ini ilegal, kamu tidak ada jaminan perlindungan dalam segala aspek. Baik itu nyawa kamu, manajemen dan sebagainya," ujar Djoko.
Korban Perdagangan Manusia
Djoko merasa tertekan setelah melihat keberadaan putrinya dalam video para TKI yang disekap di Myanmar muncul.
Terlebih dalam video kesaksian para TKI tersebut menjelaskan kerap mendapat penyiksaan oleh pihak pemberi kerja ilegal.
Djoko menjelaskan kondisi putrinya tidak seperti orang lain. Sejak umur 20 tahun, kantong empedu Noviana Indah sudah diangkat dan nutrisi yang masuk dalam tubuh harus terpenuhi.
"Kenapa Novi ini nekat berangkat karena terdesak oleh situasi kondisi sosial ekonomi. Karena dia ini orang tua tunggal menghidupi satu anak yang dititipkan ke saya," ujar Djoko.
Djoko mengaku saat berangkat dirinya meminta agar Indah selalu memberi kabar melalui telepon kepada dirinya maupun ke anak.
Awal kebarangkatan hingga tiba di Myanmar, Indah lebih banyak berkomunikasi dengan pamannya. Masuk minggu keempat setelah keberangkatan Indah mulai menghubungi Djoko walau hanya sebentar.
Djoko mulai curiga dan penasaran dengan aktivitas Indah yang hanya berkomunikasi sebentar. Putrinya juga tidak pernah mengirimkan foto kepada dirinya maupun ke adik Indah.
"Hari ketiga setelah komunikasi awal itu, Indah bilang, 'Pak maafin Indah. Kayaknya Indah korban perdagangan orang. Kerja 19 jam terus gaji belum bisa dijanjikan.' Dia bilang, 'kayaknya Indah enggak tahu bisa balik lagi atau enggak'," ujar Djoko.
Penulis : Johannes Mangihot Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV