PB IDI Sayangkan Pemberhentian Dokter Zainal Muttaqin: Kebebasan Berpendapat Dilindungi UUD 1945
Peristiwa | 25 April 2023, 05:35 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyesalkan pemberhentian sepihak dokter spesialis bedah saraf, Zainal Muttaqin dari Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Kariadi Semarang.
PB IDI menegaskan, warga negara Indonesia, termasuk dokter seperti Zainal, memiliki kebebasan berpendapat yang dilindungi undang-undang.
Zainal Muttaqin sendiri diberhentikan RSUP Kariadi lantaran sering mengkritik kebijakan pemerintah, termasuk tentang Rancangan Undang-Undang (RUU) Kesehatan. Pemberhentiannya oleh direktur RSUP Kariadi disinyalir atas arahan Kementerian Kesehatan RI.
"Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) menyesalkan terkait pemberhentian Prof. Dr. Zainal Muttaqin, Ph.D, Sp.BS (K) dari RSUP Kariadi, Semarang. Sesuai dengan hak warga negara yang dilindungi dalam UUD 1945 yaitu kebebasan berpendapat, mengeluarkan pikiran sebagai akademisi dan intelektual, seharusnya tidak disikapi dengan cara-cara yang sangat disayangkan," demikian rilis PB IDI yang diterima Kompas TV, Minggu (23/4/2023).
Baca Juga: PB IDI Meminta Pembahasan RUU Kesehatan (Omnibus Law) Dihentikan
PB IDI menyebut Zainal Muttaqin adalah dokter bedah saraf dengan spesialisasi langka di bidang epilepsi. Sosok spesialis ini sangat dibutuhkan masyarakat.
Zainal Muttaqin pun tercatat sebagai guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang. Karena itu, PB IDI menonjolkan aktivitasnya sebagai pengajar yang turut menghasilkan dokter spesialis bedah saraf yang jumlahnya masih "sangat sedikit" di Indonesia.
Ketua Umum PB IDI Adib Khumaidi menyebut pihaknya akan melakukan pendampingan hukum terkait kasus Zainal Muttaqin. Ia mengaku akan memperjuangkan hak-hak anggota IDI dan warga negara Indonesia.
Sementara itu, Ketua IDI Wilayah Jawa Tengah Djoko Handojo menyayangkan cara otoritas yang langsung memberhentikan Zainal. Menurutnya, masalah yang menyangkut Zainal bisa didiskusikan secara kekeluargaan terlebih dahulu.
"Kami berharap masalah ini semestinya dapat didiskusikan secara kekeluargaan terlebih dahulu oleh semua pihak yang terlibat. Beliau bukan hanya sejawat kami, tetapi juga guru besar dan dokter spesialis bedah saraf yang pengorbanannya sangat besar dalam menangani pasien-pasien yang membutuhkan bantuan operasi saraf selama masa kritis pandemi Covid lalu," kata Djoko.
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV