> >

Komnas HAM Desak TPNPB-OPM Bebaskan Pilot Susi Air karena Tak Ada Kaitannya dengan Persoalan Papua

Peristiwa | 19 April 2023, 11:51 WIB
Ketua Komnas HAM Atnike Nova Sigiro saat merespons terkait situasi HAM di Papua melalui kanal YouTube Humas Komnas HAM, Sabtu (14/1/2023). (Sumber: YouTube Komnas HAM)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia atau Komnas HAM mendesak Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) Organisasi Papua Merdeka (OPM) segera membebaskan pilot Susi Air Kapten Philip Marthens.

Demikian hal tersebut disampaikan oleh Ketua Komnas HAM Atnike Nova Sigiro menanggapi situasi Papua yang semakin tidak kondusif dalam beberapa waktu terakhir.

Atnike menuturkan, sudah seharusnya TPNPB-OPM membebaskan Kapten Philip Marthens yang merupakan warga negara asing. Sebab, sang pilot tidak ada kaitannya sama sekali dengan persoalan Papua.

"Mendesak TPNPB-OPM segera melepaskan Philip Marthens selaku warga negara asing yang tidak ada kaitannya dengan persoalan Papua," kata Atnike dalam keterangan tertulisnya yang dikutip pada Rabu (19/4/2023).

Baca Juga: Detik-Detik TNI Diserang KKB saat Hendak Bebaskan Pilot Susi Air, Pasukan Diadang dan Ditembaki

Atnike menuturkan, Komnas HAM menyesalkan tindakan yang dilakukan TPNPB-OPM yang semakin memperburuk situasi keamanan di Papua.

Upaya penyanderaan pilot Susi Air yang dilakukan mereka, kata Atnike, hanya akan menghambat upaya damai yang tengah dilakukan pemerintah Indonesia.

Selain itu, Atnike yang mewakili Komnas HAM menyampaikan turut berduka atas korban jiwa akibat konflik antara TNI dan TPNPB-OPM.

Baca Juga: Panglima TNI Tegaskan Tak Ada Penambahan Prajurit dan Alutsista di Papua Usai Serangan KKB

"Turut berduka cita atas korban jiwa dan luka dari anggota TNI, khususnya prajurit TNI Satgas Yonif R 321/GR Pratu Miftakhul Arifin," ujar Atnike.

Atnike menambahkan, Komnas HAM mendukung upaya TNI untuk menyelamatkan Kapten Philip Marthen. Namun demikian, ia mengingatkan agar upaya tersebut tetap mengedepankan prinsip HAM.

Juga Atnike meminta kepada semua pihak untuk mampu menahan diri dalam merespons situasi yang terjadi di Papua.

"Untuk mencegah eskalasi konflik," ujar Atnike.

Seperti diketahui, situasi di Papua saat ini semakin memanas buntut dari aksi yang dilakukan KKB yang menyerang TNI saat berupaya menyelematkan pilot Susi Air.

Akibat serangan itu, Seorang anggota TNI dari Satuan Tugas (Satgas) Batalyon Infanteri (Yonif) Raider 321/Galuh Taruna dilaporkan gugur.

Baca Juga: Dukung Panglima TNI Tingkatkan Status Siaga Tempur di Papua, Bamsoet Minta Pasukan Ditambah

Kapuspen TNI, Laksamana Muda (Laksda) Julius Widjojono, mengatakan hingga saat ini baru satu prajurit Yonif 321/GT yang dilaporkan gugur saat melaksanakan tugas di Distrik Mugi, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan.

 

Julius mengungkapkan, seorang prajurit TNI yang dilaporkan gugur itu bernama Pratu Miftahul Arifin atau biasa dikenal Pratu Arifin.

“Hanya satu orang atas nama Pratu Arifin (Pratu Miftahul Arifin). Informasi yang lain belum kami dapatkan karena kesulitan untuk mencapai lokasi akibat cuaca tidak menentu," ujar Julius.

Ia mengatakan, Pratu Arifin gugur pada Sabtu (15/4) pukul 16.30 WIT. Adapun kronologinya berawal ketika Pratu Arifin bersama dengan rombongan Satgas Yonif R 321/GT sedang mencoba menyisir wilayah Mugi, Kabupaten Nduga.

Menurut Julius, para prajurit TNI tersebut berencana untuk mendekati posisi Pilot Susi Air Phillip Mehrtens yang disandera oleh KKB.

Baca Juga: Panglima TNI Yudo Margono Tegaskan Siaga Tempur Hadapi KKB Papua: Kalau Humanis, Habis Kita

Namun, tak lama kemudian, terjadi serangan dari KKB kepada para prajurit TNI tersebut. Akibat serangan itu, Pratu Arifin terjatuh ke jurang dengan kedalaman 15 meter.

Anggota TNI yang lain tak tinggal diam melihat Pratu Arifin terperosok jurang. Mereka mencoba menolongnya. Namun, di saat yang sama kembali terjadi serangan.

"Ketika mencoba untuk menolong, tetapi mendapatkan serangan ulang. Kondisi lainnya masih dalam tahap pendalaman," ucap dia.

Penulis : Tito Dirhantoro Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV, Kompas.com


TERBARU