> >

Mudik Masa Lalu: Ketika Calo Menjual Tiket dari Rp2.400 Menjadi Rp5.000 dan Antrean Dijaga Tentara

Humaniora | 17 April 2023, 07:10 WIB
Suasana Terminal Pulo Gadung, Jakarta Timur jelang mudik (Sumber:Kompas.id -)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Perjalanan mudik selalu punya cerita tersendiri. Dari tahun ke tahun, mudik adalah momen yang selalu ditunggu bagi mereka yang pulang ke kampung halaman.

Harian Kompas tahun 1980 pernah menurunkan laporan perjuang pemudik yang memadati stasiun Gambir, Jakarta. Para calon penumpang sudah memadati loket sejak Pukul 5 pagi menunggu buka loket Pukul 10.00. Namun karena banyaknya para calon penumpang, tidak semua kebagian.

Baca Juga: Tol Cisumdawu Ruas Cimalaka-Dawuan Digratiskan untuk Mudik Lebaran 2023

Alhasil, mereka yang tidak mendapatkan tiket pada Pukul 10.00 kembali harus menunggu untuk loket yang dibuka Pukul 16.00 sore. Bila semua tiket tidak berhasil mereka peroleh, ada para calo yang bergentanyangan mencari calon penumpang.

Namun, harga tiket sudah naik dua kali lipat. Tiket kereta ke Yogyakarta, misalnya, yang dibanderol Rp2.400 melonjak menjadi Rp5.000.

Calon penumpang masuk ke dalam gerbong kereta lewat jendela. (Sumber:Julian Sihombing/Kompas -)

Peningkatan jumlah pemudik yang membengkak tidak disertai dengan layanan angkutan yang memadai. Dari arsip-arsip foto yang dimiliki Harian Kompas, terlihat para penumpang berdesakan di gerbong kereta hingga ke WC.

Sebuah pemandangan miris telihat ketika seorang perempuan masuk lewat jendela kereta dibantu oleh penumpang lain. Itu karena pintu masuk kereta sudah berjejalan.

Begitu pula dengan angkutan bus. Terminal Pulo Gadung, Jakarta Timur, adalah yang banyak diburu para calon penumpang antar kota antar provinsi (AKAP). Namun kondisi tak jauh beda dengan stasiun kereta.

Setiap bus yang datang akan dikejar para penumpang. Tidak ada tiket dan antrean. Semua berebut masuk. Bila tak kebagian, ada kursi kayu yang disediakan pihak pengelola bus. Itu masih lumayan dibandingkan berdiri sepanjang perjalanan. Jangan tanya alat pendingin ruangan atau kipas angin, semua mengandalkan AC alam alias angin dari balik jendela.   

Antrean yang cukup tertib terlihat di loket untuk calon penumpang kapal laut. Dari foto tahun 1984, terlihat antrean calon penumpang untuk KM Kerinci I dan KM Kerinci II yang mengular di depan loket. Tampak petugas Laksusda (Pelaksana Khusus Daerah) yang merupakan para prajurit berjaga sambil menenteng senjata laras panjang.   

Suasana penumpang berebut naik ke kereta api (Sumber: Budiman Tanuredjo/Kompas)

Penulis : Iman Firdaus Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU