Romahurmuziy: KIB Belum Final, PDIP Ajak PPP untuk Koalisi di Pilpres 2024
Rumah pemilu | 6 Maret 2023, 17:16 WIBJAKARTA, KOMPAS TV - Ketua Majelis Pertimbangan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Muhammad Romahurmuziy mengatakan, PPP bersama Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang digagas partainya, Golkar dan PAN itu belum tentu berlanjut hingga Pemilu 2024.
Ia menganalogikan, kondisi di KIB saat ini itu seperti seseorang yang sedang menjalin hubungan pacaran, tapi belum pasti berlanjut ke jenjang penikahan.
Baca Juga: Erick Thohir hingga Sandiaga Uno Hadiri Harlah ke-50 PPP, Mardiono: Cawapres Kita Ada di Sini
"Lho, KIB itu kan istilah anak muda sekarang baru 'pacaran'. Bahkan tunangan saja belum tentu berlanjut pernikahan. Kata para pejuang cinta, sebelum janur melengkung usaha tak boleh kendor," kata Romahurmuziy seperti dikutip dari Kompas.com, Senin (6/3/2023).
Ia menyebut, partai berlambang Kabah itu diajak oleh PDIP untuk berkoalisi menyongsong Pilpres 2024.
Hal tersebut terjadi ketika dirinya bertemu dengan Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI-P Hasto Kristiyanto pada Rabu (1/3/2023) lalu.
Romahurmuziy mengaku membicarakan banyak hal dengan Hasto, salah satunya membahas mengenai koalisi menyambut pesta demokrasi nanti.
"Tentu tidak terhindarkan kita juga membahas kemungkinan-kemungkinan koalisi karena pilpres juga sudah dekat. Ajakan koalisi kepada PPP oleh Mas Hasto sebenarnya sudah lama, sejak Plt Ketum Pak Harso (Soeharso Monoarfa)," ujarnya.
Menurut dia, hubungan kedua partai politik (parpol) itu mempunyai kenangan manis di pesta demokrasi lalu.
Misalnya, seperti ketika Ketua Umum PDIP Megawati menjadi Presiden ke-5, Wakil Presiden nya adalah Hamzah Haz dari PPP.
Kemudian, contoh lainnya adalah pasangan Gubernur-Wakil Gubernur Jawa Tengah, yakni Ganjar Pranowo-Taj Yasin.
Selain itu, ulama Nahdlatul Ulama (NU) KH Maimun Zubair juga pernah berpesan kepada Megawati agar PPP tetap dijaga eksistensinya.
Baca Juga: Petinggi Partai Akui Sinyal Ketum PAN Jodohkan Ganjar-Erick di Pilpres 2024 Terganjal KIB dan PDI-P
"Alasannya sederhana, amanat almarhum Mbah Maimoen sebelum wafat ke Bu Mega untuk ikut menjaga PPP. Yang kedua, sejarahnya ada zaman Mega-Hamzah maupun yang mutakhir Ganjar-Yasin," katanya.
Penulis : Fadel Prayoga Editor : Purwanto
Sumber : Kompas.com