> >

Penganiaya David Gemar Flexing, Psikolog: Orang Sering Flexing Cenderung Punya Masalah Insecurity

Gaya hidup | 25 Februari 2023, 15:38 WIB
Ilustrasi flexing atau pamer. (Sumber: mohamed_hasan/pixabay)

Pertama, posisikanlah diri sendiri sebagai audiens atau orang lain yang akan melihat dan merespons unggahan flexing di media sosial. Kedua, carilah cara kompensasi lain yang mungkin dapat dilakukan untuk meningkatkan harga diri selain flexing.

"Memikirkan, kira-kira apa, sih, reaksi orang ketika melihat saya flexing? Apakah kemudian beneran mereka akan memuji-muji saya, membuat saya terasa lebih hebat? Ataukah kemudian sebetulnya orang biasa saja (tidak memuji)?" terang Dicky.

Menurut Dicky, orang-orang terdekat juga bisa turut andil untuk menegur atau mengingatkan bahwa perilaku flexing tidak selalu berujung mendapatkan pujian, dan justru akan mendapat cibiran dan publik menganggapnya biasa saja.

"Kalau kita jadi orang yang kenal dekat, tidak apa-apa mengingatkan. Bahwa, 'kalau kamu memamerkan kekayaan, itu tidak lantas membuat orang terkesan, bahkan mungkin bisa jadi yang kamu dapatkan adalah cibiran. Dan mungkin orang akan menganggap itu sesuatu yang biasa saja'," kata Dicky.

Baca Juga: Kasus Investasi Bodong Naik 16,7 Persen, Kapolri Ungkap Modus Andalan, Salah Satunya “Flexing”

Sebelumnya diberitakan, pelaku penganiayaan David, anak seorang pengurus Gerakan Pemuda (GP) Ansor, gemar melakukan tindakan flexing di media sosial. Mario Dandy Satriyo, anak seorang pejabat pajak Rafael Alun Trisambodo, gemar mengunggah aktivitasnya yang bergaya hidup mewah.

 

Penulis : Kiki Luqman Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV


TERBARU