> >

Soal Praktik Perjokian Karya Ilmiah di Kampus, Politikus PKS: Harus Ada Sanksi dan Hukuman Sepadan

Peristiwa | 13 Februari 2023, 03:05 WIB
Ilustrasi. Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PKS Fahmy Alaydroes meminta pemerintah mengambil tindakan tegas terhadap praktik perjokian di dunia pendidikan Indonesia usai terungkap lewat investigasi Harian Kompas. (Sumber: Shutterstock)

"Harus ada sanksi dan hukuman yang sepadan kepada yang terbukti melakukan tindakan tercela. Agar tidak lagi diulangi dan ditiru oleh yang lain," ungkapnya.

Baca Juga: Demi Gelar Guru Besar, Sejumlah Dosen Senior dan Kampus Terlibat Perjokian Karya Ilmiah

Menurut Fahmy, perguruan tinggi negeri di Indonesia yang memiliki akreditasi A hanya sekitar 34 persen. Selebihnya tersebar dalam akreditasi B-C atau belum memiliki akreditasi.

Sementara perguruan tinggi swasta yang terakreditasi A, kata dia, hanya sekitar dua persen. Sementara yang terakreditasi B sekitar 23 persen, C sekitar 36 persen, dan yang belum terakreditasi sekitar 40 persen. 

"Tahun 2023 ini, rangking perguruan tinggi kita berdasarkan QS World University Ranking, hanya empat perguruan tinggi yang berada pada rangking 100-an. Satu perguruan tinggi ada di rangking 400-an, dan sisanya rangking ke-700-an sampai seribuan," pungkas Fahmy.

Sebelumnya diberitakan Kompas TV, hasil penelusuran tim investigasi Harian Kompas mengungkapkan, sejumlah dosen senior di beberapa kampus terlibat praktik perjokian karya ilmiah demi menyandang gelar guru besar.

Salah satu modus perjokian karya ilmiah di sejumlah kampus swasta maupun negeri itu ialah dengan membentuk tim khusus yang menyiapkan artikel untuk diterbitkan di jurnal internasional bereputasi.

Tim khusus itu memasukkan nama dosen-dosen senior yang ingin menjadi guru besar sebagai penulis karya ilmiah, meski mereka tak memiliki kontribusi aktif.

Praktik tersebut terjadi, salah satunya, di Universitas Negeri Padang (UNP) Sumatera Barat. Di kampus tersebut terdapat Tim Percepatan Guru Besar yang tugasnya memberikan bimbingan penulisan artikel ilmiah.

Akan tetapi, salah satu dosen UNP yang mengetahui kerja tim itu mengungkapkan, mereka aktif mengerjakan artikel ilmiah untuk dosen calon guru besar. Tim itu mengerjakan proses riset, analisis data, serta membuat manuskrip.

Di sisi lain, dosen senior yang ingin menjadi guru besar terindikasi minim berkontribusi dalam pengerjaan karya ilmiah yang dikerjakan tim tersebut.

Penulis : Danang Suryo Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV


TERBARU