6 Februari, Wafatnya Mohammad Natsir, Pahlawan Nasional yang Disingkirkan di Dua Orde
Sosok | 6 Februari 2023, 11:07 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Mohammad Natsir meninggal dunia pada 6 Februari 1993 di Jakarta. Pahlawan Nasional ini, tidak banyak diperbincangkan saat ini. Padahal, sosoknya di zaman kemerdekaan tidak kecil.
Di dalam negeri, ia pernah menjabat perdana menteri Indonesia dan menteri penerangan, sedangkan di kancah internasional, ia pernah menjabat sebagai presiden Liga Muslim Dunia (World Muslim League) dan ketua dewan masjid se-dunia.
Dan salah satu kiprahnya bagi bangsa yang dikenang sampai saat ini adalah menyatakan Mosi Integral, yang berhasil menyatukan kembali Republik Indonesia menjadi negara kesatuan, yang sebelumnya sempat berbentuk federal.
Baca Juga: Mengenang Mosi Integral Natsir 3 April 1950, Kembalinya NKRI
Nah, atas jasanya itu, pada tahun 1950-1951, Presiden Soekarno menunjuk Natsir menjadi perdana menteri. Ketika itu, Natsir juga sedang memimpin partai politik terbesar di Indonesia saat itu yaitu Partai Masyumi
Namun di Era Orde Lama itu pula dia berselisih dengan Presiden Soekarno pada 26 April 1951. Akibatnnya cukup fatal, dia dijeboskan ke penjara dengan tudingan terlibat pemberontakan PRRI.
Baru dibebaskan pada tahun 1966, Natsir tak punya jabatan apa-apa selain berdakwah. Saat masuk ke Orde Baru, dia pun mengalami nasib yang kurang beruntung setelah ikut menandatangani Petisi 50, sebuah petisi yang mengeritik kebijakan Soeharto yang isinya 50 tokoh Indonesia.
Di zaman Orde Baru dia pun lebih banyak dicekal dang disingkirkan.
Namun lelaki kelahiran Alahan Panjang, Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatra Barat pada 17 Juli 1908 itu, mendapatkan anugerah pahlawan nasional pada tanggal 10 November 2008.
Baca Juga: Kiprah Inggit Garnasih, Istri Soekarno dalam Duka dan Perjuangan, Diusulkan jadi Pahlawan Nasional
Dalam keseharian dan kiprah politiknya, dia dikenal sebagai sosok sederhana. Dia dikenal sebagai menteri yang "tak punya baju bagus, jasnya bertambal. Dia dikenang sebagai menteri yang tak punya rumah dan menolak diberi hadiah mobil mewah," seperti disampaikan Guru Besar Universitas Cornell, Amerika Serikat, Prof George McTurnan Kahin dalam buku Mohammad Natsir, 70 Tahun Kenang-kenangan Kehidupan dan Perjuangan, yang diterbitkan Pustaka Antara Jakarta (1978).
Penulis : Iman Firdaus Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV