PBNU Gelar Muktamar Internasional Fikih Peradaban saat Momen Satu Abad NU
Agama | 4 Februari 2023, 15:31 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Muktamar Internasional Fikih Peradaban I akan digelar di Hotel Shangri-La Surabaya, Jawa Timur, pada Senin (6/2/2023). Muktamar tersebut merupakan rangkaian pagelaran Satu Abad NU. Lantas kenapa harus ada agenda tersebut?
Wakil Ketua Panitia Ahmad Ginanjar Sya'ban menyebut agenda ini adalah forum para ahli hukum dan mufti dari berbagai negara yang akan membicarakan berbagai isu modern.
Mulai dari konsep Islam tentang negara modern, soal relasi dengan non-muslim, hingga terkait tata politik global.
Agenda ini akan dihadiri sekitar 300 ulama dengan menghadirkan 15 ulama sebagai pembicara kunci, baik dari dalam negeri maupun mancanegara.
Muktamar Internasional Fikih Peradaban I adalah forum internal umat Islam seluruh dunia yang merupakan lanjutan dari G20 Religion Forum atau biasa disebut Religion Twenty (R20).
Forum R20 yang melibatkan pemimpin agama-agama di dunia dan telah digelar pada November 2022 lalu.
"Perhelatan internasional ini menjadi bagian tak terpisahkan dari misi PBNU untuk mendorong umat Islam di seluruh dunia turut memikirkan problem internal umat Islam sendiri," kata Wakil Ketua Panitia Ahmad Ginanjar Sya'ban di Jakarta, Sabtu (4/2/2023).
"Lalu memberikan solusi konkret bagi masa depan peradaban dunia melalui norma-norma fikih," jelasnya.
Baca Juga: PBNU Beri Penghargaan Anugerah Satu Abad Nahdlatul Ulama, Ini Daftar Lengkapnya
Ide Gus Yahya
Muktamar Fikih Peradaban ini merupakan hasil inisiasi Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) yang memandang hingga saat ini, masih terdapat banyak masalah yang muncul dari agama.
Gagasan ini ditulis Gus Yahya dalam buku "Perjuangan Besar Nahdlatul Ulama" (2020: 65) dan menjelaskan alasan digelarnya acara ini.
Dalam buku itu, Gus Yahya menuliskan bagian yang berjudul Mengakui Masalah, Menemukan Solusi.
Menurut dia, jika ingin membangun peradaban yang mulia, NU perlu memberikan solusi terhadap masalah-masalah yang ada.
"Artinya, pertama-tama harus mau tahu bahwa ada masalah dan mau mengakui kalau itu masalah," jelas Gus Yahya.
Ia kemudian menjelaskan beragam masalah yang terjadi di dalam internal Islam, sehingga perlu adanya fikih peradaban.
Ada tujuh hal yang bakal dibahas dalam Muktamar Fikih Peradaban, yakni terkait kedudukan kafir dan nonmuslim, anggapan khilafah sebagai cita-cita politik Islam, hukum syariah, keislaman aktivis ISIS, soal mayat teroris, dinamika Islam moderat, dan pembelaan muslim.
“Kita harus akui sebagai masalah. Kita harus bicara kepada dunia tentang masalah-masalah ini supaya seluruh dunia ikut memikirkan jalan keluarnya,” ucap Gus Yahya dalam buku tersebut.
Maka dari itu, ia mengajak seluruh pihak untuk membicarakan masalah-masalah itu kepada dunia agar kelak mendapatkan solusi demi membangun peradaban yang mulia di masa depan.
Baca Juga: Digandeng PBNU, Garin Nugroho Bakal Abadikan Satu Abad NU Lewat Film Dokumenter
Penulis : Dedik Priyanto Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Kompas TV