Sosok Laksana Tri Handoko, Kepala BRIN yang Didesak Dipecat di Rapat DPR, Fisikawan Lulusan Jepang
Sosok | 31 Januari 2023, 11:58 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Sosok Laksana Tri Handoko, Kepala Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), diusulkan oleh DPR RI Komisi VII untuk dicopot dari jabatannya.
Alasannya, karena di BRIN terlalu banyak masalah dan Laksana Tri Handoko dinilai tidak cakap mengelola lembaga.
"Komisi VII DPR mendesak pemerintah untuk segera menggantikan Kepala BRIN mengingat berbagai permasalahan BRIN yang tidak kunjung selesai," kata, Ketua Komisi VII DPR Sugeng Suparwoto membacakan salah satu kesimpulan dalam rapat pendapat bersama Komisi VII dan BRIN, Senin (30/1).
Bukan hanya itu, Komisi VII DPR juga merekomendasikan agar dilakukan audit khusus terhadap penggunaan anggaran BRIN tahun 2022 oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
"Komisi VII DPR RI merekomendasikan untuk dilakukannya audit khusus dengan tujuan tertentu terkait penggunaan anggaran BRIN tahun anggaran 2022 oleh BPK RI," demikian salah satu poin kesimpulan rapat Komisi VII DPR itu.
Laksana Tri Handoko sendiri dilantik oleh Presiden Jokowi sebagai Kepala BRIN pada 28 April 2021 lalu.
Profil Laksana Tri Handoko
Laksana Tri Handoko sebenarnya sudah memimpin Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sejak 2018, sebelum berubah jadi BRIN.
Pria kelahiran Lawang, Malang, Jawa Timur pada 1968 itu, sudah bertahun-tahun malang melntang di dunia riset.
LTH, sapaannya, menempuh pendidikan tinggi di Jepang, tepatnya di Univestas Hiroshima dan Kumamoto University di Kumamoto, Jepang.
Baca Juga: BRIN: Sebagai Penjaga Etik, Penyelenggara Politik Harus Menjaga Kepercayaan Politik
Di Universita Hiroshima, ia mendapatkan golor doktoral di bidang teori fisika partikel atau fisika energi tinggi pada tahun 1998.
Lantas, ia jadi peneliti peneliti di lembaga-lembaga penelitian dunia seperti The Abdus Salam International Center for Theoretical Physics ICTP di Trieste Italia, sampai Deutsches Elektronen-Synchroton (DESY) di Hamburg Jerman.
Dalam sebuah wawancara di LIPI pada 2004 lalu, ia memutuskan pulang lantaran ingin berbuat sesuatu untuk Indonesia dibandingkan harus kerja di luar negeri.
Padahal, kata dia, ia ditawari di banyak lembaga bergengsi dan kampus ternama.
"Daripada saya kerja di luar negeri, lebih baik saya balik ke Indonesia dan bisa melakukan banyak hal di sini," ujarnya.
Ketika di Indonesia, LTH banyak berkiprah di LIPI, khususnya di Pusat Penelitian Fisika.
Dia merupakan pionir penelitian di bidang pengetahuan lanjut dengan membangun Grup Fisika Teoritik dan Komputasi.
Di Indonesia, ia mendapatkan beragam presetasi, mulai dari PII Adhidarma Profesi Award dan Penemuan Baru yang Bermanfaat bagi Negara (PB3N) pada tahun 2010 sampai Habibie Award ntuk Bidang Sains 2004.
Selain menjadi peneliti tetap LIPI di Kampus Puspiptek Serpong - Tangerang, LTH juga menjadi pengajar di Departemen Fisika UI di Kampus Depok sejak kepulangannya ke Indonesia tahun 2002.
Selain di penelitian akademis, LTH juga memiliki ketertarikan menciptakan inovasi bagi masyarakat.
Ia juga mengaku, ada keresahan atas pola lama birokrasi yang bertele-tele.
Baca Juga: Gaduh Polemik Badai Dahsyat di Jabodetabek, Kepala BRIN: Itu Pendapat Personal Periset
Ia lantas membuat inovasi, yakni membuat sistem online penuh untuk Seleksi Penerimaan CPNS yang disebit-sebut merupakan revolusi besar untuk mencegah proses penerimaan CPNS yang cenderung rentan KKN.
Usai dilantik Jokowi pada 2021 lalu sebagai Kepala BRIN, kursinya sebagai kepala riset di Indonesia ia diminta untuk dicopot oleh anggota DPR RI.
Penulis : Dedik Priyanto Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV/LIPI.Go.id