> >

Psikolog Klinis Ungkap Bharada E Paling Tulus, Dilihat Usai Minta Maaf Tidak Pakai Drama

Peristiwa | 27 Januari 2023, 11:28 WIB
Richard Eliezer Pudihang Lumiu atau Bharada E memberikan salam ke arah wartawan sebelum persidangan dimulai di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Kamis (5/1/2023). (Sumber: KOMPAS/ADRYAN YOGA PARAMADWYA)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Psikolog klinis Liza Marielly Djaprie menilai ucapan maaf Bharada E atau Richard Pudihang Lumiu kepada keluarga Brigadir J paling tulus di antara para terdakwa lain. Entah itu permintaan maaf dari Ferdy Sambo, Putri Candrawathi, Ricky Rizal maupun Kuat Maruf. 

Semuanya, kata Liza, dinilai tidak setulus Richard Eliezer ketika minta maaf saat berada dalam persidangan pembunuhan Brigadir J. 

Menurut Liza, ucapan maaf dari Eliezer bahkan mampu membuat simpati besar ke publik lantaran mampu mengirim sinya dan energi secara tulus.

Dalam analisisnya, ketulusan itu terlihat usai minta maaf, terkhusus kepada keluarga Brigadir J. 

 

Hal itu, kata dia, terlihat dalam pleidoi yang dibacakan beberapa waktu lalu yang tanpa ada drama-drama atau penyangkalan, serta menyalahkan. 

"Intenstitas besar akan berdampak hasil besar. Kalau Rchard jelas, ada tekad kejujuaran yang besar. Itu yang terasa di masyarakat Indonesia. Kita bisa merasakan itu," kata Liza dalam Sapa Pagi Kompas TV, Jumat (27/1/2023). 

"Balik lagi secara psikologis, ada energi luar yang tertransfer bisa sampai ke publik (dari Richard Eliezer)," ujarnya. 

Baca Juga: Pesan Menyentuh Mahfud MD kepada Bharada E: Kamu Jantan, Harus Tabah Menerima Vonis

Ia lantas bicara soal 4 terdakwa lain yang minta maaf kepada keluarga, namun dinilainya belum sekuat dan terlihat setulus seperti halnya ditunjukkan Bharada E. 

"Saya rasa, minta maaf keputusan wajar, sudah menyakiti banyak pihak. Soal tulus atau tidak, hati mereka yang tahu. Tak ada satu konstruksi psikologi yang bisa melihat hal tersebut," ujarnya. 

"Tapi kita bisa merasakan energi. Kita bisa lihat dari sisi itu," ujarnya. 

Dalam psikologi, kata dia, ketulusan itu bisa dilihat usai minta maaf, apakah dibarengi dengan drama berpanjang-panjangan atau dipersingkat, atau bahkan menyalahkan usai kata maaf meluncur. 

"Dilihat, misalnya, apakah setelah dipersingkat atau dibuat panjang berdrama jadi orang males dengarnya. Kita bisa lihat, permintaan maaf dari terdakwa lain beda dibanding Eliezer," ujarnya. 

"Kita bisa lihat, intensi atau energi atau kejujuran itu tidak bisa bohong," ucap dia.

Meskipun, ia menegaskan, apakah kejujuran dan pesan itu sampai kepada hakim tidak tahu karena ini perkara hukum.  

Baca Juga: Cerita Ibu Richard Eliezer soal Suaminya yang Kehilangan Pekerjaan sebagai Sopir Imbas Kasus Sambo

 

Penulis : Dedik Priyanto Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas TV


TERBARU