Pilpres 2024, Ketum Parpol Dinilai Naif jika Tidak Percaya Suara Publik Lewat Survei, Ini Alasannya
Rumah pemilu | 13 Januari 2023, 12:28 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Rektor Universitas Paramadina Didik J Rachbini, menyebut, jelang pemilhan Presiden (Pilpres 2024) suara publik bakal makin menguat. Partai politik dan ketum partai tidak boleh menafikan suara rakyat ini yang seringnya terlihat dari pelbagai survei akademik.
Menurut Didik, partai atau pimpinan partai yang menafikan suara "silent majority" dari publik adalah partai dan pimpinan yang naif.
Menurut Guru Besar Ilmu Ekonomi Politik ini, silent majority atau kelompok besar pemilih yang cenderung tidak bersuara lantang soal pemilu atau pilpres justru akan menjadi penentu dari pemilihan presiden atau pemilihan legislatif.
"Dari mana silent majority diketahui secara lebih pasti (bukan pasti seratus persen karena ada margin error dari sampling yang ilmiah)? Jawabnya, dari metode riset polling dipraktekkan oleh para pollster dan peneliti," kata Didik Jumat (13/1/2023) dalam keterangannya diterima KOMPAS.TV.
Baca Juga: Survei SMRC: Pemilih Jokowi-Maruf Pilih Ganjar, Pemilih Anies dapat Limpahan Suara Prabowo-Sandiaga
Riset yang ilmiah dan akademik, kata dia, dilaksanakan berdasarkan ilmu dan metode akademik, seperti polling, quick count dan lain-lain.
"Jika ada partai dan pimpinan partai menafikan realitas hasil-hasil survei akademik ini, saya sebagai peneliti tidak bisa nenyebutnya sebagai... apa yang yang halus tidak akademik, tidak memahami ilmu," ujarnya.
Ia lantas menyebut, riset akademik berbicara jujur, kecuali lembaga riset yang manipulatif, yang lembaga dan pelakunya dipakai untuk mengelabui publik.
"Lembaga riset seperti ini tidak akan berumur panjang," ucapnya.
Baca Juga: Bukan AHY, NasDem Ternyata Persiapkan Yenny Wahid hingga Gus Ipul Jadi Cawapres Anies Baswedan
Kenapa Partai Harus Percaya Riset Akademik Survei?
Didik lantas menjelaskan, saat ini, masih banyak partai dan pimpinan partai yang tidak percaya kepada riset akademik survei.
"Ini beralasan karena memang banyak sekali lembaga survei yang tidak kredibel karena metodenya tidak dijalankan dengan baik. Lebih banyak lagi survei dipakai untuk kepentingan politik dengan menafikan metode ilmiahnya," katanya.
Ia juga menyebut, padahal jika sebuah partai tidak berbasis riset, keputusannya bisa bias dan cenderung naif.
"Konflik realitas kehendak publik yang luas dengan keinginan dari partai dan pimpinan akan membuat partai kehilangan kesempatan untuk mendapatkan aspirasi terbesar dari publik," ujarnya.
Dari kemajuan riset survei yang ada sekarang, katanya 3 calon pemimpin yang menonjol adalah Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto.
"Tiga nama ini merupakan aspiirasi yang tersaring dari riset-riset akademik tersebut. Riset-riset manipulatif sudah sulit untuk menafikan realitas dari hasil survei dan banyak lembaga," ucapnya.
Baca Juga: Pakar Politik UGM Sebut PDIP bakal Usung Ganjar Pranowo sebagai Capres 2024, Ini Alasannya
Maka dari itu, kata pria jabat anggota DPR RI periode 2004-2009 itu, diprediksi suara publik akan makin kentara dan survei akademik juga kian banyak.
"Ke depan dengan adanya banyak survei akademik seperti ini, peranan partai akan semakin kecil karena aspirasi publik mayoritas akan lebih didengar," ujarnya.
Seperti di negara demokrasi yang memilih langsung pemimpinnya, lanjut Didik, maka aspirasi mayoritas rakyat akan menjadi penentunya.
Penulis : Dedik Priyanto Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV