Ahli Pidana dari Ferdy Sambo: Hasil Poligraf Bisa Jadi Alat Bukti Jika Disampaikan Ahli di Sidang
Hukum | 27 Desember 2022, 19:07 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Ahli Hukum Pidana yang meringankan Ferdy Sambo, Elwi Danil, dengan tegas mengatakan hasil poligraf yang disampaikan ahli di persidangan bisa dijadikan alat bukti.
Pernyataan itu disampaikan Elwi Danil dalam sidang lanjutan pembunuhan berencana Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat dengan terdakwa Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (27/12/2022).
“Lie detector (poligraf) itu hanyalah semacam instrumen atau sarana yang digunakan oleh penyidik untuk membuat terang sebuah perkara pidana. Jadi hanya semacam alat bantu bagi penegak hukum untuk membuat terang sebuah tindak pidana dan dia tidak menjadi alat bukti,” ucap Elwi Danil.
“Akan tetapi pada ketika hasil lie detector itu disampaikan dalam forum persidangan oleh ahlinya, maka dia akan menjadi alat bukti dalam bentuk keterangan ahli.”
Baca Juga: Ahli Pidana Ringankan Ferdy Sambo: Hasil Tes Poligraf Harus Dikesampingkan Jika Caranya Bertentangan
Sebelumnya, Ahli Poligraf Aji Fibriyanto menunjukkan, Putri Candrawathi memiliki skor indikasi berbohong paling tinggi dibanding Ferdy Sambo (FS), Richard Eliezer Pudihang Lumiu, Kuat Ma'ruf dan Ricky Rizal.
Keterangan itu disampaikan ahli poligraf Aji Fibriyanto dalam sidang untuk lima terdakwa pembunuhan berencana Yosua di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Rabu (14/12/2022). Kelima terdakwa itu adalah Ferdy Sambo (FS), Putri Candrawathi, Richard Eliezer Pudihang Lumiu, Kuat Ma'ruf dan Ricky Rizal.
“Untuk Bapak FS nilai total minus 8, PC minus 25. Untuk Kuat kita lakukan dua kali pemeriksaan, pertama adalah plus 9 yang kedua minus 13. Ricky kita lakukan dua kali juga, pertama plus 11 yang kedua plus 19. Untuk terdakwa Richard plus 13 satu kali (pemeriksaan),” ucap Aji Fibriyanto.
Atas hasil tersebut, Jaksa kemudian bertanya kepada Aji Fibriyanto, hasil tes poligraf yang minus dan plus tersebut menunjukkan apa.
Baca Juga: Ahli Pidana dalam Sidang Sambo: Motif Penting untuk Menentukan Berat Ringan Putusan Pidana
“Dari skor yang Anda sebutkan tadi, itu menunjukkan indikasi apa, bohong atau jujur?” tanya Jaksa.
Aji Fibriyanto pun mengatakan, jika hasil atau skor tes poligraf seseorang menunjukkan hasil plus itu berarti seseorang menyampaikan keterangan dengan jujur.
Sementara jika hasil minus, lanjut Aji Fibriyanto, itu berarti menunjukkan seseorang yang menjalani tes poligraf telah berbohong.
“Mohon izin, untuk hasil plus berarti seorang terperiksa NDI (No Deception Indicated), tidak terindikasi berbohong,” jelas Aji Fibriyanto.
“Minus, terindikasi berbohong,” tambah Aji Fibriyanto.
Aji Fibriyanto mengatakan, pemeriksaan terhadap Kuat Ma'ruf dilakukan dua kali dengan isu yang berbeda. Untuk skor jujur Kuat Maruf, kata Aji Fibriyanto, terdakwa menyatakan jujur tidak memergoki adanya pemerkosaan yang diklaim Putri Candrawathi dilakukan Yosua.
Baca Juga: Ahli Pidana di Sidang Sambo: Penilaian Waktu dalam Unsur Perencanaan Pembunuhan, Kewenangan Hakim
“Untuk saudara Kuat, pertanyaan relevannya adalah, apakah kamu memergoki persetubuhan Ibu Putri dengan Yosua, (jawabannya) tidak, jujur,” ucap Aji Fibriyanto.
Sementara untuk pemeriksaan kedua yang dilakukan terhadap Kuat Maruf, Aji Fibriyanto menuturkan pertanyaannya adalah, apakah kamu melihat Ferdy Sambo menembak Yosua.
“Jawabannya saudara Kuat tidak, hasilnya berbohongnya,” kata Aji Fibriyanto.
Selanjutnya terhadap Ricky Rizal, Aji Fibriyanto menyampaikan tes poligraf dilakukan untuk juga untuk dua isu berbeda. Pertama, apakah ada yang memerintah dirinya mengambil senjata Yosua dan apakah Ricky Rizal melihat Ferdy Sambo menembak Yosua.
Dalam jawabannya, kata Aji Fibriyanto, Ricky Rizal mengatakan tidak ada yang menyuruhnya untuk mengambil senjata Yosua. Sementara untuk saat Ferdy Sambo menembak Yosua, Ricky Rizal mengaku tidak melihat.
“Ini (jawaban dinilai) jujur,” ucap Aji Fibriyanto.
Kemudian untuk Richard Eliezer, Aji Fibriyanto menyampaikan pertanyaan yang diberikan adalah apakah dirinya benar menembak Yosua. Richard mengaku jika menembak dan hasilnya dari jawabannya adalah jujur.
“Memang Richard ini menembak Yosua,” kata Aji Fibriyanto.
Penulis : Ninuk Cucu Suwanti Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV