> >

Krisis Iklim Berdampak terhadap Perekonomian Indonesia, Jakarta Paling Merugi

Sosial | 27 Desember 2022, 13:35 WIB
Truk melewati areal banjir rob akibat kenaikan air laut di pesisir Jakarta pada Selasa (7/12/2021). (Sumber: Kompas TV/Ant/Akbar Nugroho Gumay)

“Konstruksi 11% berdampak Rp300 triliun PDRB. Jika hanya dua sektor yang dihajar ada Rp700 triliun yang terancam di Jakarta. Cukup besar sekali, makanya dampak ini bukan besarnya tapi intensitasnya pada jangka panjang dikhawatirkan cukup serius dan sering,” papar Dhenny.

Dari kerugian ekonomi yang luar biasa jika Jakarta benar-benar tenggelam, menurut Peneliti Geodesi dan Geomatika Institut Teknik Bandung (ITB) Heri Andreas, itu perlu menjadi perhatian pemerintah untuk menangani kenaikan permukaan air laut.

Bila Pemerintah Pusat maupun daerah tak segera mengambil langkah pasti, sekitar 16-18 hektare lahan Jakarta akan tenggelam pada 2050 mendatang.

“Kalau enggak berupaya apa-apa, belasan ribu hektare (akan tenggelam), kerugian ekonominya akan luar biasa (pada) 2050. Sekitar 16-18 ribu hektare modelnya moderat (pengungkapan) atau yang lebih ekstrem. Itu nanti akan sedikit ada di Monas, di daerah Gajah Mada, Gunung Sahari dan Mangga Dua, bisa lebih dari 5 Kilometer (km) dari pantai.”

Baca Juga: Peringatan Dini BMKG: Waspada Banjir Rob di 20 Wilayah Pesisir dari 23 Desember hingga 8 Januari

Ekonom Universitas Indonesia Ninasapti Triaswati turut menanggapi hasil kajian Greenpeace terkait seberapa besar dampak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim terhadap perekonomian.

“Dampak kenaikan air laut dapat menyebabkan Jakarta banjir. Istilahnya sampai benar-benar tenggelam. Kalau lihat daerah yang terdampak laporan Greenpeace, di Jakarta Utara dan Barat. Jakarta Utara, itu pesisir daerah perikanan daerah nelayan ada perdagangan dan pariwisata Ancol dan sekitarnya. Kalau di Jakarta Barat sentra industri dan perdagangan. Kebon Jeruk dan sekitarnya bahkan sampai Tangerang,” ujar Nina.

Menurut Nina, perubahan iklim yang akan “menenggelamkan” Jakarta berdampak terhadap beberapa sektor, khususnya melumpuhkan sektor logistik. Dampak ekonomi akan terasa di industri perikanan, pedagangan, dan transportasi jalan tol dan jalan utama mematikan arus pedagangan.

Hal ini merupakan pekerjaan rumah yang harus ditangani pemerintah. Nina menyarankan pemerintah perlu mencontoh pemerintahan negara lain dalam penanganan banjir.

“Kita bisa lihat contoh Amsterdam, mengantisipasi supaya tidak banjir. Ada teknologi yang dibereskan,” pungkasnya.

Belanda belajar menanggulangi banjir dari pengalaman terjangan air Laut Utara yang menerobos tanggul pada tahunan 1953. Tragedi tersebut menelan 8.361 korban jiwa dan menggenangi 9 persen lahan pertaniannya. Otoritas Belanda segera merancang serangkaian mega proyek konstruksi yang dibangun untuk melindungi kawasan di sisi barat daya negeri itu dari bahaya banjir atau pun air pasang laut yang dikenal sebagai “Delta Work”.

Berdasarkan data Water Technology, proyek Delta Works meliputi pembangunan 13 bendungan, dengan konstruksi pintu air, pengunci, dan tanggul yang berfungsi sebagai pelindung daerah sekitaran delta sungai Rhine, Meuse, serta Scheldt dari banjir Laut Utara.

Proyek ini menelan anggaran USD5 miliar dan terselesaikan pada 1997. Selain itu megaproyek itu dapat menjadi sumber air minum segar dan irigasi. Delta Work dapat menekan risiko banjir selama 4.000 tahun ke depan.

Penulis : Glenys Octania Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU