Ali Moertopo, Raja Intel Indonesia Sekaligus Aktivis, Politikus dan Menteri Penerangan
Sosok | 15 Desember 2022, 11:31 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Penyamaran Umbaran Wibowo sebagai intel akhirnya terungkap setelah dia dilantik jadi Kapolsek Kradenen, Blora, Jawa Tengah.
Sebab sebelumnya, polisi berpangkat Iptu itu dikenal sebagai wartawan TVRI daerah Pati, Jawa Tengah. Tak tanggung-tanggung, selama 12 tahun.
Kisah intelijen memang menarik diungkap. Sebab di dalamnya ada penyaraman, sandi-sandi, dan berbagai intrik yang menyertainya. Indonesia di era Orde Baru mengenal sosok intel bernama Ali Moertopo.
Dilansir dari situs kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id, Ali Moertopo adalah ternyata seorang tentara berpangkat Letnan Jenderal (Purn) kelahiran Blora, Jawa Tengah, 23 September 1924 dan meninggal pada 15 Mei 1984.
Baca Juga: Polemik Iptu Umbaran, Intel Berseragam Wartawan Jadi Kapolsek Blora, Mabes Polri Bilang Begini
Dalam kiprahnya, sebagai intel dan politikus Indonesia, Ali Moertopo pernah menjabat sebagai Menteri Penerangan Kabinet Pembangunan III (1978-1983) serta Deputi Kepala (1969-1974) dan Wakil Kepala (1974-1978) Badan Koordinasi Intelijen Negara.
"Ali bergabung dengan Badan Kemanan Rakyat (BKR) setelah Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan (1945). Pada tahun 1950-an, Ali ditugaskan di Kodam Diponegoro. Pada mulanya, ia adalah bagian dari pasukan 'Banteng Raider'. Pasukan ini merupakan sebuah pasukan khusus untuk menumpas pemberontakan Darul Islam," jelas situs tersebut.
Pada tahun 1956, Indonesia sedang menghadapi gerakan koreksi daerah melalui pemberontakan PRRI dan banyak pasukan ABRI yang dikirim ke Sumatera untuk mengatasi gerakan ini.
Ali dikirim ke Sumatera pada tahun 1959 dan menjabat sebagai Kepala Staf Resimen II. Setelah PRRI dikalahkan, Ali Moertopo kembali ke Jawa Tengah untuk melanjutkan tugasnya sebagai Kodam Diponegoro. Kemudian ia dipindahkan ke Jakarta dan menjabat sebagai Deputi I KSAD (Operasi).
Di masa Orde Baru, Ali Moertopo melakukan modernisasi intelejen Indonesia. Ia aktif dalam operasi-operasi intelejen dengan nama Operasi Khusus (Opsus) yang terutama ditujukan untuk menghancurkan lawan-lawan politik pemerintahan Soeharto.
Pada tahun 1968, Ali menggabungkan partai-partai politik yang saat itu sangat banyak jumlahnya hingga menjadi beberapa partai saja agar lebih mudah dikendalikan.
Hal ini kemudian terwujud pada tahun 1973 sewaktu semua partai bergabung menjadi tiga partai, yaitu Golongan Karya (Golkar), Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang merupakan penggabungan partai-partai berbasis Islam, dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang merupakan penggabungan partai-partai berbasis nasionalis.
Karier Militer Ali Moertopo
Mengawali karier militer sebagai serdadu Belanda, Ali Moertopo adalah simpul penting Soeharto dan politik Orde Baru.
"Dia intel, aktivis, dan politikus ulung," demikian penjelasan tegas situs milik perpustakaan nasional itu.
Ali Moertopo dalam sebuah buku yang dia tulis berjudul "Strategi Nasional" (terbitan CSIS, Mei 1974) menuliskan tentang kondisi kelahiran Orde Baru.
"Orde Baru lahir dari suatu pertentangan dalam ruang lingkup nasional. Pertentangan ini bersifat pertentangan antara dua aspirasi yang ada dalam tubuh bangsa Indonesia, yang masing-masing diejawantahkan oleh kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat, baik secara terorganisir maupun tidak," ungkap dia.
Baca Juga: Pratu SH, Anggota TNI AU yang Diduga Pukul Lansia Diamankan Intelijen Lanud
Dua kelompok tersebut, ungkap Ali Moertopo, adalah kekuatan Orde Lama yang berpusat pada ideologi komunis dengan tulang punggung PKI (Partai Komunis Indonesia) bersama ormas-ormasnya.
Dan kelompok kedua, yaitu Orde Baru yang anti komunis serta organisasi-organisasinya dan orang-orang yang anti pada Soekarno.
Penulis : Iman Firdaus Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV