> >

Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Keberatan jika Beras Impor Dijual ke Pasaran: Merugikan Petani

Politik | 5 Desember 2022, 19:53 WIB
Wakil Ketua Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Dedi Mulyadi keberatan jika beras impor dipasarkan di pasaran karena akan merugikan petani. (Sumber: Tangkapan layar Kompas TV)

KOMPAS.TV – Wakil Ketua Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Dedi Mulyadi keberatan jika beras impor dipasarkan di pasaran karena akan merugikan petani.

Dedi mengatakan, saat ini petani sedang menikmati harga jual gabah yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan beberapa bulan lalu.

“Hari ini, kalau kita bicara persoalan beras, sesungguhnya petani sedang menikmati harga jual gabah,” kata dia dalam dialog Sapa Indonesia Malam, Kompas TV, Senin (5/12/2022).

“Sebelumnya para petani ini mengalami kesulitan kalau melakukan penjualan gabah, itu di kisaran Bulan April dan Mei.”

Baca Juga: Eksklusif! Buwas Jawab Napsu Impor Beras: Saya Tunggu Janji Kementan

Dedi menjelaskan, selama ini petani tidak bisa langsung memperoleh uang kontan dari penjualan gabah, karena gabah tersebut dijual kembali dalam bentuk beras, baru mereka memperoleh uang kontan.

“Kita ini jual gabah dapat duitnya nggak bisa kontan, dijual dulu jadi beras, baru balik jadi duit.”

“Saya menyampaikan, impor beras yang dilakukan itu hanya untuk memenuhi cadangan beras. Cadangannya disimpan di gudang Bulog,” tuturnya.

Hal itu, lanjut dia, sebagai bagian dari strategi pemerintah dalam menjaga ketersediaan beras.

Dalam pengamatannya, lanjut Dedi, orientasi programnya harus lebih diarahkan untuk memenuhi kebutuhan program pemerintah, terutama di Kementerian Sosial.

“Termasuk juga stimulus untuk berbagai peristiwa bencana. Itu logis dilakukan.”

“Tapi, saya keberatan kalau tiba-tiba beras ini disiramin ke pasar. Kalau disiramin ke pasar, maka otomatis harga beras akan jatuh,” lanjutnya.

Baca Juga: Stok Beras Tipis, Bulog Tagih Janji Kementan!

Jika harga beras jatuh, Dedi menyebut secara otomatis harga gabah pun akan ikut anjlok.

“Jadi di Indonesia itu punya kebiasaan, setiap petani menikmati harga gabah, itu selalu disiram, dan akhirnya petani selalu rugi.”

“Cuma bedanya, petani ini nggak pernah protes, dia selalu menerima,” kata dia.

Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Purwanto

Sumber : Kompas TV


TERBARU