Tertarik Tinggal di Planet Lain selain Bumi? Kuliah Umum Daring Ini Bakal Simulasikan Hidup di Mars
Budaya | 2 Desember 2022, 04:05 WIBYOGYAKARTA, KOMPAS.TV- Arcolabs dan VMARS menginisiasi lokakarya simulasi hidup di Mars secara daring pada 3 sampai 6 Desember 2022. Simulasi hidup di Planet Mars yang berjudul Are You Ready For The Mars Mission? (Apakah Kamu Siap untuk Misi ke Planet Mars?) ini menjadi rangkaian kuliah umum bertajuk Art & Universe.
Program ini merupakan bagian dari seri kuliah mengenai seni kontemporer di Indonesia dan Korea yang didukung oleh Korea Foundation Jakarta. Dosen senior Aprina Murwanti dari Universitas Negeri Jakarta akan menjadi moderator dan memfasilitasi tanya jawab dengan audiens.
Dibimbing oleh Venzha Christ, pendiri VMARS, lokakarya ini berlangsung selama dua hari di sebuah ruangan terisolasi. Para peserta didorong menggunakan benda-benda di sekitar mereka untuk membuat perlengkapan bertahan hidup di Mars.
Baca Juga: VMARS, Analog Mars Pertama di Asia Tenggara Gencar Promosi ke Luar Negeri
Pada hari pertama, peserta akan mendapatkan sesi orientasi untuk membantu mereka membangun sistem modul untuk kehidupan baru di Mars. Dalam dua hari selanjutnya, para peserta akan mewujudkan modul yang sudah direncanakan untuk mencari solusi kehidupan di Mars.
Venzha Christ menggabungkan seni dan sains antariksa dalam karya- karyanya. Dalam kuliahnya, ia akan membahas peran seni dan seniman jika kemungkinan populasi manusia yang berasal dari Planet Bumi pindah ke Planet Mars.
Dalam proyeknya barunya, VMARS (v.u.f.o.c Mars Analogue Research Station), Venzha telah berkolaborasi dengan lebih dari 40 institusi di dalam dan di luar Indonesia untuk mengembangkan praktik seni berdasarkan sains antariksa dan eksplorasi luar angkasa.
Pada 2018, ia menjadi satu-satunya perwakilan Indonesia yang mengikuti simulasi hidup di Mars bersama Mars Society. Simulasi tersebut merupakan program kolaborasi antara beberapa organisasi, termasuk NASA dan SpaceX, dan berlangsung selama dua bulan di Mars Desert Research Station, Utah, AS. Venzha saat ini tinggal dan berkarya di Yogyakarta, Indonesia, tempatnya menginisiasi Indonesia Space Science Society (ISSS).
“Mars telah lama menjadi objek penelitian untuk habitat manusia setelah bumi. Namun, ada banyak kendala yang menghalangi kolonisasi manusia di Mars, termasuk tingkat oksigen yang rendah,” ujar Venzha Christ dalam keterangan tertulisnya.
Kendati demikian, ia berpegang pada upaya bersama untuk memajukan penelitian dan memperluas narasi melalui praktik artistik.
“Program eksploratif seperti rangkaian kuliah dan lokakarya ini dapat membuka dialog tentang misi Mars, dan saya berharap dapat bertukar pikiran dengan para peserta,” ucapnya.
Direktur Korea Foundation Jakarta Choi Hyun Soo berupaya mengembangkan program-program yang membangkitkan pemikiran dan relevan yang dapat membantu memajukan diskusi tentang kehidupan masa depan.
“Saya menantikan untuk bergabung dalam diskusi dan melihat hasil dari rangkaian kuliah dan lokakarya yang melibatkan seni, ruang, dan kemanusiaan ini,” kata Choi Hyun Soo.
Baca Juga: Bakal Jadi Simbol Indonesia dalam Eksplorasi Planet Mars, VMARS Dibangun di Yogyakarta Akhir 2022
Selain Venzha Christ, kuliah umum ini juga menghadirkan seniman Korea Ayoung Kim. Dalam karyanya At the Surisol Underwater Lab (dikomisi oleh Busan Biennale 2020), ia membuat simulasi masa depan, kira-kira satu dekade setelah pandemi Covid-19 pada 2020.
Kim membayangkan situasi sumber energi utama dunia telah beralih ke ganggang yang difermentasi untuk menghasilkan bahan bakar. Bahan bakar ramah lingkungan ini diproduksi di kota Busan, Korea, yang dikenal sebagai “kota biomassa”.
Pada kenyataannya, Busan sudah dikenal dengan produksi rumput lautnya sejak abad ke-19. Karya ini dilanjutkan dengan The Underwater Response (2021), dan tur di Surisol Underwater Lab pada 2022.
Pada tahun yang sama, Kim membayangkan Seoul yang futuristik dengan alam semesta alternatif dalam karya berjudul Delivery Dancer's Sphere. Tokoh dalam karya ini yang bernama Ernst Mo (anagram dari 'monster') terinspirasi oleh lonjakan jumlah kurir sebagai efek samping dari pandemi global.
Penulis : Switzy Sabandar Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV