Analisis Adrianus Meliala, Ada Desperate Death dari Keluarga yang Tewas di Kalideres
Hukum | 1 Desember 2022, 15:58 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Kriminolog Universitas Indonesia (UI) Adrianus Meliala menduga kematian satu keluarga tewas di dalam rumah di Kalideres diyakini berbeda-beda. Ada yang meninggal dunia secara natural, ada lagi karena desperate death atau kematian yang sengsara.
Menurutnya, pasangan suami istri bernama Rudyanto Gunawan (71) dan Renny Margaretha (68), bagian dari satu keluarga tewas di dalam rumah di Kalideres meninggal secara natural.
Kematian natural ini bisa karena sakit atau faktor usia. Adrianus tidak melihat bahwa penyebab kematian pasangan suami istri tersebut karena pembunuhan atau desakan pihak tertentu untuk bunuh diri.
Dua korban lain, yakni anak RG dan RM, Dian (42) dan adik RG, Budyanto Gunawan (42) meninggal secara sengsara.
Baca Juga: Temukan Mantra hingga Kemenyan, Polisi Duga Ada Ritual Terkait Tewasnya Satu Keluarga di Kalideres
Kematian secara sengsara ini lantaran keduanya tidak mampu lagi bertahan hidup, karena hanya mengandalkan RG dan RM.
Hal ini dapat terlihat dari korban BG yang menjual barang-barang di rumah untuk menyambung hidup dirinya dan keponakannya.
"Pada dua orang ini saya dapat kesan mereka masih mau bertahan hidup. Mereka yang saya duga melakukan penjualan barang, terutama barang-barang yang bungkusnya masih ditemukan kepolisian dan diletakkan di luar," ujar Adrianus, Rabu (30/11/2022).
Tekait dugaan ritual tertentu dengan ditemukannya mantera, buku-buku lintas agama dan kemenyan, Adrianus menilai hal tesebut dilakukan sebagai pengharapan untuk bertahan hidup.
Baca Juga: Satu Keluarga di Magelang Tewas Diracun Oleh Sang Anak Bungsu, Pelaku Disebut Kerap Menipu Orangtua
Namun kegitan ritual berserah diri meminta pertolongan tersebut tetap tidak mengubah keadaan. Keduanya perlahan meninggal dengan tidak mendapat asupan nutrisi.
"Kalau di awal tadinya saya percaya ritual yang bersifat mistik itu sebagai teori apokaliptik, mereka melakukan ritual dalam rangka bersiap untuk mati karena mereka yakin akan dapat dunia akhir zaman yang indah itu," ujar Adrianus.
"Tapi kemudian saya membuka kemungkinan bahwa mereka melakukan ritual-ritual itu untuk bertahan hidup. Jadi mirip sama fungsinya dengan kalau orang berdoa. Namun karena hasilnya tetap tidak ada jadinya pasrah, maka perlahan kekurangan asupan makanan, pingsan atau drop dan pada akhirnya meninggal," imbuhnya.
Penulis : Johannes Mangihot Editor : Purwanto
Sumber : Kompas TV